Kampung Idiot di Indonesia, Dulunya Bernasib Miris Namun Berubah Jadi Desa Mandiri Penuh Wisata
RIAU24.COM - Di Indonesia, banyak sekali kampung-kampung unik yang ditemui. Mulai dari kampung pelangi, kampung janda, hingga kampung pitu yang hanya boleh ditinggali tujuah keluarga saja. Hal itu sejatinya jadi daya tarik di Indonesia, karena mungkin tak ada duanya dan negara lain tidak memilikinya.
Bicara mengenai desa unik, kamu ingat dengan kampung ‘idiot’? Ya, kampung ini sempat jadi buah bibir karena banyak penduduknya yang mengalami tunagrahita atau keterbelakangan mental. Itu dulu, sekarang kampung ini jadi desa yang bisa diandalkan.
Dulu sempat jadi buah bibir dunia karena keadaan
Dilansir dari Boombastis, Kampung ‘Idiot’sempat jadi sorotan dunia karena keadaan penduduknya yang menderita. Julukan kampung ‘idiot’ sendiri diberikan oleh sebagian oknum karena melihat banyak warga yang mengalami keterbelakangan mental dan kecacatan. Hal itu tentunya jadi hal yang tidak mengenakkan kalau didengar oleh warga kampung salah satu daerah di Ponorogo itu karena berkesan sangat negatif.
Julukan kampung ‘idiot’ bermula di tahun 2008, di mana ditemukan ada 400 orang saat itu yang mengalami tunagrahita dan beberapa gangguan kesehatan lainnya. Hal itu berarti dalam satu keluarga, kemungkinan ada satu orang yang mengalami keterbelakangan mental atau kecacatan.
Sejatinya kalau dirunut ke zaman dulu, kita akan tahu apa yang terjadi di kampung ini. Dilansir dari laman ABC News, penduduk kampung dulu ternyata mengalami kesusahan pangan. Belum lagi mereka yang hidup di tanah yang tandus, membuat makanan yang dikonsumsi jadi terbatas. Akhirnya banyak dari warga sana yang hanya memakan umbi-umbian saja sebagai konsumsi sehari-hari.
Alhasil banyak warganya yang mengalami kekurangan gizi dan yodium, hal tersebut kaitannya sangat erat dengan tunagrahita serta gangguan fisik lainnya. Setelah berita mengenai kampung ‘idiot’ ini ramai diperbincangkan, banyak bantuan yang datang ke sana dikirimkan untuk membantu warga sekitar.
Kini kampung ‘idiot’ mencoba untuk bangkit kembali
Tak bisa terus diam dalam keterpurukan, banyak pihak yang ingin membantu kampung ini untuk bangkit. Tidak hanya bantuan, para penyandang tunagrahita di sana juga diberi bekal supaya bisa mandiri. Meskipun butuh kesabaran dalam mendidik mereka, namun hal itu rupanya tidak sia-sia. Banyak kerajinan tangan yang dibuat dan menghasilkan uang yang lumayan.
Selain prakarya, mereka juga diajarkan beternak ayam untuk menyambung hidup. Hasilnya, kiriman telur ayam atau pun daging tak pernah surut, membuktikan kalau penduduk kampung ini telah bangkit. Kalau dulu rata-rata penghasilan di sana adalah tiga hingga lima ratus ribu, kini sudah naik.
Tak lagi lekat dengan citra miring, kampung ini sekarang malah disebut sebagai kampung wisata. Para penduduk penyandang tunagrahita yang dulu bernasib malang, kini sudah sering ditemui bersosialisasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, banyak karya dari para tunagrahita yang dijadikan objek wisata kesenian.
Keindahan alam dari kampung ini tidak bisa dipandang sepele, tempat semisal Gunung Beruk jadi salah satu andalan yang menarik wisatawan. Para ibu-ibu di sana juga diberi penyuluhan mengenai pentingya gizi baik di masa mengandung hingga punya anak. Hal itu supaya meminimalisir kekurangan gizi pada anak yang mengakibatkan gangguan yang serius.
Kampung ‘idiot’ kini sudah bertransformasi jadi sebuah desa yang mandiri. Dari banyaknya tunagrahita yang dulunya dianggap sebelah mata, malah kini jadi tulang punggung keluarga. Setiap manusia memang selalu punya potensi, hanya tinggal memupuk kesabaran untuk membuatnya muncul.