Menu

Orang yang Berhenti Belajar Matematika Alami Penurunan Fungsi Kognisi

Amerita 2 May 2022, 21:00
ilustrasi
ilustrasi

RIAU24.COM - Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, remaja yang berhenti belajar matematika mengalami kerugian kognitif dibanding yang tetap belajar.

133 siswa antara usia 14-18 mengambil bagian dalam eksperimen yang dijalankan oleh para peneliti dari Departemen Psikologi Eksperimental di Universitas Oxford. 

Di Inggris siswa berusia 16 tahun dapat memutuskan untuk menghentikan pendidikan matematika mereka. Situasi ini memungkinkan tim untuk memeriksa apakah kurangnya pendidikan matematika pada siswa yang berasal dari lingkungan yang sama dapat berdampak pada perkembangan otak dan kognisi.

Studi ini menemukan bahwa siswa yang tidak belajar matematika memiliki jumlah bahan kimia penting yang lebih rendah untuk plastisitas otak (asam gamma-Aminobutyric) di wilayah otak utama yang terlibat dalam banyak fungsi kognitif penting, termasuk penalaran, pemecahan masalah, matematika, memori dan belajar. 

Berdasarkan jumlah bahan kimia otak yang ditemukan pada setiap siswa, peneliti dapat membedakan antara remaja yang belajar atau tidak belajar matematika, terlepas dari kemampuan kognitif mereka. Apalagi jumlah zat kimia otak ini berhasil memprediksi perubahan skor pencapaian matematika sekitar 19 bulan kemudian. 

Roi Cohen Kadosh, Profesor Ilmu Saraf Kognitif di Universitas Oxford, memimpin penelitian tersebut. 

"Keterampilan matematika dikaitkan dengan berbagai manfaat, termasuk pekerjaan, status sosial ekonomi, dan kesehatan mental dan fisik. Masa remaja adalah periode penting dalam kehidupan yang terkait dengan perubahan otak dan kognitif yang penting," katanya.

"Sayangnya, kesempatan untuk berhenti belajar matematika pada usia ini tampaknya menyebabkan kesenjangan antara remaja yang menghentikan pendidikan matematika dibandingkan dengan mereka yang melanjutkan."

"Belum diketahui bagaimana perbedaan ini, atau implikasi jangka panjangnya, dapat dicegah.

Tidak setiap remaja menyukai matematika sehingga kami perlu menyelidiki alternatif yang memungkinkan, seperti pelatihan logika dan penalaran yang melibatkan area otak yang sama dengan matematika," pungkasnya.