Sebelum Rusia Larang Ukraina, Protes Anti-NATO Pernah Ada di Masa Lalu Hingga Terjadi Perang Dingin
RIAU24.COM - Rusia telah lama menuntut agar Ukraina tetap "netral" sehubungan dengan perluasan aliansi militer Barat, NATO.
Faktanya, hal ini merupakan "alasan utama" invasi Rusia ke Ukraina. Rusia meminta Ukraina menuliskan ke dalam konstitusinya sebuah janji supaya tidak pernah bergabung dengan NATO dan menandatangani perjanjian bilateral dengan Rusia guna memperkuat posisi ini.
Tuntutan itu disambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang bersedia mengkompromikannya.
Kendati berbeda, tuntutan untuk tidak masuk NATO juga pernah disuarakan tepat 73 tahun silam (30 Maret 1949). Tuntutan itu bahkan sampai menimbulkan kerusuhan. Tuntutan itu dilakukan sebagian warga Islandia di ibukota Reykjavik.
Kendati NATO belum resmi didirikan, Islandia menjadi salah satu negara yang aktif membidani kelahiran pakta pertahanan Atlantik Utara tersebut. Islandia yang tidak memiliki militer dan terus mempertahankan sikapnya itu, melihat perlunya membuat sebuah kerjasama regional di tengah ancaman baru pascaperang yang datang dari agresivitas Uni Soviet. Kekhawatiran yang sama juga dialami negara-negara Benelux (Belgia, Belanda, Luxemburg) sehingga ketiganya bersama Inggris dan Prancis membentuk kerjasama yang ditandatangani di Brussel (Treaty of Brussels), Belgia pada 17 Maret 1948.
Lantaran dianggap terlalu lemah untuk menghadapi kedigdayaan militer Soviet yang pada akhir tahun 1948 juga berperan dalam kudeta di Cekoslowakia, para penandatangan Perjanjian Brussel pun berupaya menggandeng Amerika Serikat (AS). Audiensi dengan Pentagon dilakukan para pemimpin negara penandatanganan Perjanjian Brussel.