NU Indonesia Menyambut Perempuan Dalam Puncak Kepemimpinan
Dalam pidatonya untuk menandai peluncuran bukunya 'Perjuangan Besar NU' menjelang pemilihannya, Yahya berpendapat bahwa NU harus bekerja sama dengan organisasi Islam lain dan kelompok agama yang berbeda untuk membentuk dunia yang lebih baik.
“Kita semua berada di kapal yang sama di bumi untuk mencari bentuk peradaban baru yang lebih baik bagi seluruh umat manusia,” katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran yang berkembang tentang meningkatnya konservatisme agama dan daya tarik kelompok garis keras di Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.Pada tahun 2017, Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, lebih dikenal sebagai Ahok, dan seorang Kristen keturunan Tionghoa, dipenjara selama dua tahun atas tuduhan penistaan agama setelah ia dituduh “menghina Islam” karena merujuk pada sebuah ayat dalam Al-Qur'an selama kampanyenya. untuk pemilihan ulang. Tahun lalu, sekitar 20 orang terluka setelah dua pelaku bom bunuh diri menyerang sebuah katedral di Makassar pada Minggu Palma.
Dan pada bulan September, ratusan orang yang menamakan dirinya Aliansi Umat Muslim menyerang dan membakar sebuah masjid yang digunakan oleh komunitas minoritas Ahmadiyah di Sintang, Kalimantan Barat.
Wasisto Raharjo Jati, seorang peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan bahwa kampanye NU untuk Islam yang moderat dan inklusif sangat penting untuk melawan wacana yang lebih garis keras. “NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia perlu mengambil bagian dalam memberikan pandangan alternatif … dengan menghadirkan narasi Islam Indonesia yang moderat dan inklusif,” katanya, mencatat strategi toleransi dan dukungan organisasi untuk dialog antaragama.
“Tantangan NU ke depan adalah menjadi 'rumah besar' bagi umat Islam Indonesia yang saat ini masih terkotak-kotak. Yang penting orientasi keislaman Indonesia lebih membumi dan kontekstual ketimbang hanya berlandaskan Islam di Jazirah Arab.”