Pasangan Indonesia yang Tinggal di Malaysia Terpaksa Menjual Anak Mereka yang Baru Lahir, Untuk Membayar Tagihan Rumah Sakit
RIAU24.COM - Seperti yang kita semua mungkin tahu, tagihan rumah sakit dapat bertambah menjadi jumlah yang cukup besar. Hal ini terkadang membuat kita harus menjual harta benda kita untuk membayar tagihan tersebut.
Tapi, apakah Anda pernah terpaksa menjual bayi Anda yang baru lahir?
Ini adalah kasus pasangan Indonesia di Temerloh, Pahang, yang menjual bayi laki-laki mereka yang baru lahir seharga RM4,000 . Seperti dilansir Kosmo, pasangan itu menghadapi kesulitan akibat pandemi Covid-19 .
Sebagai pasangan dari Lombok yang berusia 20-an, tidak memiliki cukup uang untuk merawat bayi, mereka memutuskan untuk 'menjual' bayi mereka yang baru lahir untuk membayar tagihan rumah sakit di Rumah Sakit Sultan Haji Ahmad Shah di Temerloh.
Pasangan itu juga tidak bekerja dan terbebani ketika rumah kontrakan mereka di Karak kebanjiran tahun lalu .
Keputusan mereka untuk menjual bayi itu menarik perhatian pasangan yang belum memiliki anak sejak menikah sembilan tahun lalu . Mereka kemudian mengungkapkan keinginan mereka untuk mengadopsi anak di grup WhatsApp, dari mana mereka belajar tentang pasangan Indonesia dan bayi mereka yang baru lahir .
Situasi yang rumit
Meski semua tampak mudah, situasi menjadi rumit ketika terungkap bahwa bayi tersebut tidak dapat didaftarkan sebagai anak angkat karena persyaratan Departemen Pencatatan Nasional (JPN) bahwa ibu kandung harus hadir untuk dokumentasi. Sayangnya, pasangan Indonesia itu sudah tidak bisa dihubungi lagi dan juga sudah pindah dari rumah kontrakan mereka di Karak.
Menurut ibu angkat yang akrab disapa Hasnah itu, pasangan itu tak bisa dihubungi sejak bayinya diserahkan.
“Kami kehabisan akal tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, karena kami membutuhkan ibu kandung untuk mendaftarkan bayi tersebut sebagai anak angkat yang sah. Kita perlu melakukan ini untuk masa depan anak.”
Hasnah berharap agar orang tua kandung bayi segera menghubungi mereka untuk menyelesaikan proses pendaftaran.
“Semua yang diminta NRD sudah kami lakukan, termasuk vaksinasi dan upaya melacak ibu kandung bayi tersebut. Sampai saat ini kami masih buntu ,” kata Hasnah.