Hanya Pria Ini yang Mau Usir Intel di Warung Kopi dengan Alasan Menakjubkan
RIAU24.COM - Menyandang gelar pemimpin tertinggi kepolisian periode 9 Mei 1968 - 2 Oktober 1971, membuat Hoegeng Imam Santoso atau Jenderal Hoegeng tak pandang bulu dalam mengusut kelindan kecurangan yang merugikan negara.
Hoegeng pun dikenal sebagai sosok polisi yang jujur, berintegritas, dan sederhana. Pria kelahiran 14 Oktober 1921 itu adalah Kapolri kelima atau Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) kala itu.
Saat upacara pengangkatan Hoegeng sebagai Kapolri itu digelar di depan Markas Besar Angkatan Kepolisian di Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan dipimpin oleh Jenderal Soeharto selaku inspektur upacara yang kala itu sudah resmi menjadi Presiden Kedua RI.
Keluarga menyambut gembira pengangkatan Hoegeng. Namun, Hoegeng mewanti-wanti kembali dan mengingatkan kepada keluarganya bahwa jabatan Kapolri itu bukan segala-galanya.
“Papi tetap mengingatkan hidup sederhana dan tidak neko-neko. Keluarga diminta tidak mengganggu urusan dirinya sebagai Menpangak dengan urusan rumah tangga,” kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit Hoegeng dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan yang ditulis Suhartono.
Salah satu fasilitas negara yang ditolak Hoegeng adalah rumah dinas Kapolri di Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hoegeng dan keluarga tetap tinggal di rumahnya di Jalan Madura, Jakarta Pusat.