Berhasil Direbut Pasukan Rusia, Apa yang Terjadi Jika Reaktor Chernobyl di Ukraina Dibom?
RIAU24.COM - Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl telah direbut pasukan Rusia.
Meski sudah tidak aktif selama beberapa dekade, pembangkit Chernobyl masih mengandung limbah nuklir yang dapat menimbulkan ancaman bagi daerah sekitarnya.
Lalu, apa yang akan terjadi jika situs itu dibom Rusia?
Chernobyl adalah lokasi dari empat reaktor nuklir. Tiga di antaranya telah dinonaktifkan. Reaktor keempat adalah sumber ledakan bersejarah pada tahun 1986. Reaktor itu sekarang dilindungi oleh sarkofagus beton di bagian dalam dan cangkang luar baru seberat 32.000 ton.
Di situs Chernobyl juga masih menyimpan bahan bakar nuklir bekas dari reaktor lain. Di situs itu juga masih ada limbah radioaktif dari peralatan yang terkontaminasi.
Meskipun reaktor tertutup, radiasi telah mencemari seluruh situs. Faktanya, lusinan unsur radioaktif diluncurkan ke udara.
Beberapa di antaranya dianggap paling berbahaya bagi kehidupan, termasuk isotop yodium 131, strontium 90, cesium 134 dan cesium 137. Menurut Badan Energi Atom Internasional, isotop strontium dan cesium memiliki waktu paruh yang cukup lama sehingga unsur radioaktif itu masih bertahan di lokasi tersebut.
Kini, dengan adanya invasi Rusia, sejumlah tokoh mulai mengkhawatirkan akan ada penembakan atau penyerangan situs ini di masa depan. Penembakan di masa depan disebut-sebut dapat menyebarkan bahan radioaktif ini jauh melampaui zona eksklusi Chernobyl, daerah terlarang di sekitar bencana.
Pada Kamis pagi (24/2), Anton Gerashchenko, seorang penasihat dan mantan wakil menteri di Kementerian Dalam Negeri Ukraina, menulis di Facebook bahwa jika penyimpanan limbah nuklir dihancurkan, debu radioaktif dapat menutupi wilayah Ukraina, Belarus, dan negara-negara Uni Eropa.
Namun, Edwin Lyman, direktur keselamatan tenaga nuklir di Union of Concerned Scientists memiliki pendapat yang berbeda. Dia berpendapat, dampaknya mungkin tidak semengerikan itu.
"Bahkan jika ada penembakan yang tidak disengaja dari struktur itu, saya pikir itu akan membutuhkan daya lebih besar untuk bisa memobilisasi sejumlah besar bahan radioaktif," kata Lyman kepada Live Science, dilansir Sabtu (26/2).
Bahan bakar bekas, atau unsur radioaktif yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit nuklir terus meluruh menjadi unsur yang lebih stabil. Unsur-unsur itu terus melepaskan panas.
"Kekhawatiran paling serius adalah penyimpanan basah bahan bakar bekas, karena itu mungkin jumlah bahan radioaktif paling terkonsentrasi di lokasi," kata Lyman.
Dia mengatakan umumnya bahan bakar nuklir bekas masih memiliki panas peluruhan. Jadi jika disimpan di gudang basah, harus ada cara untuk menghilangkan panas itu.
Bahan bakar itu telah mendingin setidaknya selama beberapa dekade. Tujuannya agar panas peluruhan tidak terlalu tinggi. Namun, jika ada gangguan pada pendinginan atau jika ada kebocoran kolam yang menyebabkan air mengalir, maka bahan bakar itu bisa memanas hingga titik di mana bisa terbakar. Itulah mungkin ancaman terbesar.