Kisah Mantan Buruh Pabrik yang Kini Sukses Menjadi Perwira Penerbang Helikopter TNI AL
RIAU24.COM - Tiada kebanggaan yang hakiki selain memiliki kesempatan untuk mengabdi kepada negara dan menjadi kebanggan orang tua. Hal inilah yang dirasakan oleh Letda Laut (P/W) Sri Utami. Dilansir dari laman mediaindonesia.com, anak kedua dari dua bersaudara itu merupak seorang anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) yang menjadi satu-satunya penerbang helikopter perempuan dari TNI Angkatan Laut.
Namun sebelum meraih kesuksesannya di kemiliteran, Sri Utami harus melalui beragam perjuangan yang berliku. Tumbuh dan besar sebagai anak seorang buruh tani di desa, tak memupus harapan dan semangatnya untuk meraih cita-cita agar sukses di masa depan. Seperti kisahnya di bawah ini, perjuangan dari awal hingga sukses menjadi perwira Kowal TNI Angkatan Laut.
Sempat menjadi buruh pabrik sepatu
Sebelum menjadi anggota TNI Angkatan Laut, Sri Utami tak mempunyai bayangan jika kelak dirinya menjadi seorang perwira yang dipercaya sebagai penerbang helikopter. Dalam video wawancaranya dengan Andy F Noya di acara KICK ANDY, ia mengaku sempat bekerja sebagai buruh pabrik selama empat bulan. Profesinya ini dilakoninya saat ia lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
Awal Sri Utami bersentuhan dengan dunia militer adalah, saat dirinya dipaksa oleh sang sahabat untuk ikut mendaftarkan diri ke penerimaan Bintara TNI Angkatan Laut di Surabaya. Saat itu, wanita kelahiran 11 Oktober 1989 ini, sempat gagal di test pertama. Tak putus asa, dirinya kemudian mencoba lagi untuk yang kedua kalinya. Mengingat, umurnya masih cukup di persyaratan.
Sukses menempuh karir dari Bintara hingga masuk pendidikan Perwira
Hingga saat ia berhasil masuk sebagai Bintara Kowal, karirnya ternyata melesat dengan cepat. Dari pangkat Bintara, Sri Utami menempih pendidikan Sekolah Penerbangan selama 18 bulan. Setelahnya, dilanjutkan dengan pendidikan perwira selama 10 bulan. Semua ini dijalani dengan penuh kesabaran dan semangat. Semasa Bintara pada 2011, Sri Utami ditempatkan untuk pertama kalinya di Lantamal Manado dan berdinas selama 1,5 tahun. Kematian sang ayah, membuat Sri Utami yang kala itu kembali ke daerah asalnya, Banyuwangi, Jawa Timur, akhirnya ditarik untuk tetap bertugas di sana selama setahun. Pada saat inilah, ia mendapatkan kepercayaan dari seorang pimpinan AL untuk mengikuti tes sebagai penerbang di satuan TNI AL.
Menjadi pilot helikopter wanita di satuan Angkatan Laut
Sri Utami pun akhirnya mengikuti tes sebagai calon penerbang Angkatan Laut bersama total 36 orang. Dari jumlah yang ada, hnaya 10 personil yan dinyatakan lulus. Termasuk Sri Utami yang menjadi minoritas perempuan bersama rekan-rekannya yang kebanyakan didominasi oleh penerbang laki-laki. Saat tes, ia sukses melewati tahapan seperti psikologi, tes fisik, attitude terbang hingga Bahasa Inggris. Saat ini, Sri Utami ditugaskan di Skadron 400 Wing Udara 1 TNI AL.
Saat dinyatakan lulus, Sri Utami sempat menjalani pendidikan kejuruan selama enam bulan untuk mengemudikan helikopter dan berhasil lulus dengan baik. Tak heran jika dirinya kini mampu mengoperasikan beragam jenis heli seperti Colibri (latih), BO105, Bell 412, dan Panther terbaru milik TNI Angkatan Laut. Sebagai penerbang helikopter, Sri Utami kerap mendapatkan berbagai penugasan di medan yang berat. Salah satunya adalah untuk mendukung dropping berbagai unsur pasukan seperti Marinir, Kopaska hingga Kopassus.
Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Anggapan seperti ini rasanya layak disematkan pada ksiah sukses Sri Utami di atas. Bagaimana dulu dirinya mengawali karir sebagai buruh pabrik selepas SMA, hingga roda nasib mengantarkannya pada profesi sebagai perwira penerbang TNI Angkatan Laut. Semua berkat semangat, do’a dan usahanya yang tak kenal lelah. Kisahnya yang inspiratif, membuat sosok Letda Laut (P/W) Sri Utami layak disebut sebagai Kartini masa kini.