Kisah Pengusaha Asal India Jadi Orang Terkaya di Asia Berharta Rp1.288 Triliun, Pilih Berhenti Kuliah Demi Buka Usaha
RIAU24.COM - Seorang pengusaha asal India Gautam Adani memiliki kekayaan sebesar USD90,1 miliar atau setara Rp1.288 triliun (kurs Rp14.300) dan menduduki posisi ke-10 sebagai orang terkaya di dunia.
Bahkan Adani ternyata telah menjadi orang terkaya di Asia menurut Forbes Real Time Billionaire.
Melansir Forbes, Senin (7/2), Adani secara tipis mengungguli sesama miliarder India Mukesh Ambani yang memiliki kekayaan sebesar USD100 juta lebih sedikit dari USD90 miliar, menurut perkiraan Forbes.
Ini adalah kenaikan yang luar biasa bagi Adani di usianya ke-59 tahun. Adani sendiri berasal dari Gujarat, India barat.
Diketahui, dia juga keluar dari perguruan tinggi. Setelah itu, dia mendirikan Adani Enterprises sebagai eksportir komoditas pada tahun 1988.
Adani akhirnya memperluas bisnisnya mengelola pelabuhan, pembangkit listrik, tenaga surya dan banyak lagi.
Pertumbuhan Adani Group tampaknya telah didukung oleh Narendra Modi, yang sebelum menjadi Perdana Menteri India adalah kepala menteri negara bagian Gujarat. Seperti yang dilaporkan Forbes pada tahun 2014, Modi menjadi tamu di pernikahan putra Adani.
Pada September 2020, Adani Group mengakuisisi 74% saham di Bandara Internasional Mumbai, bandara tersibuk kedua di India. Pada tahun 2008, ia juga muncul dalam daftar Miliarder Dunia Forbes senilai USD9,3 miliar.
Grup Adani miliknya mencakup berbagai bisnis mulai dari pembangkit listrik, transmisi, minyak nabati, real estat dan batu bara. Grup ini juga memiliki enam perusahaan yang terdaftar di India.
Di mana yang paling berharga adalah Adani Green Energy Ltd, sahamnya telah melonjak 77% pada tahun lalu.
Kekayaan bersih Adani hampir dua kali lipat dari USD50,5 miliar pada April 202, ketika Forbes merilis daftar miliarder dunia tahunannya. Selama periode yang sama, kekayaan bersih Adani tumbuh hanya 6,5% dari USD84,5 miliar April lalu.
Saham Reliance Industries, yang memiliki bisnis minyak, petrokimia, ritel dan telekomunikasi, turun 1,47% pada hari Kamis. Kemudian sejauh ini turun 2,3% pada tahun 2022.