Kisah Kusni Kasdut, Dari Pejuang Kemerdekaan Menjadi Perampok Museum Gajah
“Ia melihat-lihat arca-arca tanpa minat sedikit pun. Tapi ketika sampai Ruang Pusaka, darahnya bergerak dan kegairahan meliputinya. Sekeliling dinding, di pajangan terletak harta yang tak ternilai harganya; pedang, keris, cincin, bros, gelang, kalung, semuanya dari emas, berlian, atau permata,” cerita Parakitri T. Simbolon dalam buku Kusni Kasdut (1979).
Aksi perampokan itu dilangsungkan pada 31 Mei 1961. Kusni Kasdut bersama koleganya –Herman, Budi, Sumali—melakukan aksi dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Strategi yang mereka buat adalah mencoba menyamar sebagai polisi.
Demi mendukung aksinya, mereka menyiapkan sebuah jeep curian dengan plat nomor yang dipalsukan. Tak lupa, masing-masing membekali diri dengan sejata api dan belati.