Pria ini Temukan Elang Mati Dengan GPS, Keganjilan Terkuak Usai GPS Tersebut Dibuka
RIAU24.COM - Seorang pria dari wilayah Jizan di Arab Saudi menemukan elang yang telah mati ketika dia berjalan di dekat rawa.
Terkejut dengan temuan yang tidak biasa ini, Fahd Qash selanjutnya memeriksa tubuh elang yang mati dan menemukan alat pelacak di tubuhnya.
Alat pelacak juga mempunyai email pemiliknya di mana Fahd kemudian mengetahui bahwa alat pelacak tersebut dipasang di Kazakhstan.
Rupanya, elang adalah bagian dari studi yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan di mana mereka memasang dua puluh GPS pada dua puluh elang.GPS dipasang pada setiap elang untuk merekam setiap tempat yang dikunjungi burung itu dalam setahun.
Sementara elang jelas telah terbang ke banyak negara, peta menunjukkan bahwa elang itu selalu menjauhi laut dan lebih suka terbang melintasi daratan. Elang telah melakukan perjalanan sejauh Sudan dan Yaman,tetapi tidak pernah menyeberangi Laut Kaspia dan Laut Merah saat bermigrasi.
Sekelompok tim peneliti yang disebut "British Birds" sebelumnya telah melacak 16 elang Steppe dan menemukan bahwa jarak terpanjang dari penerbangan harian burung itu sekitar 220 mil!
Mereka bahkan menemukan bahwa seekor elang menghabiskan sekitar 31,5% dari waktu musim dinginnya, 41,9% di daerah pengembangbiakan dan 26,6% lainnya bermigrasi dari satu negara ke negara lain
Statistik menunjukkan bahwa elang terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan tidak pernah tinggal lama di daerah tertentu.
Sementara beberapa orang merasa terhibur dengan preferensi burung itu untuk menjauhi perairan, beberapa orang menyarankan bahwa alasan elang lebih suka terbang melintasi daratan adalah karena mereka sering terbang di atas termal ketika mereka terbang jauh.
Postingan di sosial media Instgram yang menjelaskan mengnenai keganjalan pada GPS yang di bawaterbang elang ini dibagikan melalui akun sosial media Instagram milik @rangkumanfakta (01/12/2021). Setidaknya postingan tersebut telah mendapatkan sebanyak kurang lebih Seribu tanda suka