Indonesia Mengamankan Pasokan Batubara Ditengah Harapan Berakhirnya Larangan Ekspor
Patokan batubara termal berjangka China naik sebanyak 7,8 persen pada hari pertama perdagangan sejak kebijakan itu diumumkan. Kontrak berjangka ditutup pada 713,80 yuan ($112) per ton, naik 6,4 persen. Itu adalah kenaikan harian paling signifikan sejak 19 Oktober, ketika harga naik ke rekor 1.848 yuan ($291) per ton di tengah defisit pasokan di China yang disebabkan oleh kekurangan dari tambang domestik.
Jika berlanjut setelah peninjauan Rabu, larangan Indonesia dapat menekan China untuk memikirkan kembali pembatasan impor tidak resmi yang telah diterapkannya pada batu bara Australia. “Jika larangan ekspor batu bara Indonesia diperpanjang, China perlu menggunakan batu bara Australia sekali lagi, dengan yang terakhir menjadi penerima manfaat utama dari larangan ekspor batu bara Indonesia,” kata Sabrin Chowdhury, seorang analis di Fitch Solutions, bagian dari Fitch Group. .
Beberapa penambang kecil di Indonesia telah menyatakan force majeure pada pengiriman mereka, istilah hukum ketika pemasok tidak dapat memenuhi kontrak karena kekuatan di luar kendali mereka, kata pedagang batu bara yang berbasis di Singapura dan India, Selasa.
Perusahaan-perusahaan yang menyatakan force majeure itu kebanyakan yang belum memenuhi kewajiban pasar domestik (DMO), kata seorang eksekutif pertambangan batu bara di Jakarta. Berdasarkan aturan tersebut, penambang diharuskan menjual 25 persen dari hasil produksinya ke pembangkit listrik lokal dengan harga maksimum $70 per ton.
Presiden Indonesia Joko Widodo mengancam pada hari Senin untuk mencabut izin usaha penambang yang gagal memenuhi persyaratan DMO mereka. Kekuatan ekonomi Asia, China, India, Jepang, dan Korea Selatan, bersama-sama menerima 73 persen ekspor batu bara Indonesia pada tahun 2021, menurut data pelacakan kapal dari Kpler.