Negara Tuding Pelanggaran HAM dan Boikot Israel Tuan Rumah Miss Universe
RIAU24.COM - Polemik terjadi saat Israel sebagai tuan rumah Miss Universe yang mestinya diikuti perempuan dari 80 negara. Persaingan untuk mendapatkan mahkota "Miss Universe" berlangsung di Kota Eilat, Israel pada Minggu (12/12/2021).
Dilansir dari Okezone, namun beberapa negara menentang hingha memboikot ajang itu, sebagai solidaritas dengan warga Palestina. Kontes tahunan yang ke-70 dan digelar pertama kalinya di Israel itu juga menghadapi komplikasi dari pandemi virus corona alias Covid-19.
Di antara mereka yang bersaing merebut gelar ratu sejagat adalah Miss Maroko Kawtar Benhalima dan Miss Bahrain Manar Nadeem Deyani, yang masing-masing negaranya yang mayoritas Muslim menormalisasi hubungan dengan Israel tahun 2020.
Kementerian Olahraga, Budaya dan Seni Afrika Selatan (Afsel) sudah mendesak perwakilan negaranya tidak ikut serta, dengan alasan “kekejaman yang dilakukan oleh Israel terhadap para rakyat Palestina.” Seruan boikot itu digaungkan oleh kelompok-kelompok pembela Palestina yang memohon agar para kontestan untuk menghindari acara Miss Universe.
"Kami mendesak semua peserta untuk mundur, untuk menghindari keterlibatan dalam rezim apartheid Israel dan pelanggarannya terhadap hak asasi manusia Palestina,” sebut The Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel.
Terlepas dari seruan itu, Miss Afrika Selatan (Afsel) Lalela Mswane masih berpartisipasi. Menurut rencana, pemenangnya bakal diumumkan pada Senin (13/12) dini hari waktu setempat. Dalam wawancara dengan AFP di Yerusalem bulan lalu, Miss Universe yang tengah menjabat, Andrea Meza asal Meksiko, mengatakan kontes tersebut mestinya terbebas dari unsur politik.
“Miss Universe bukanlah gerakan politik ataupun agama. Kontes ini tentang perempuan dan kemampuan mereka,” ujar Andrea Meza.
Sebagai informasi Malaysia dan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim tidak mengirimkan peserta tahun 2021. Tetapi alasan keduanya menyangkut pandemi Covid-19, bukan rekam jejak Israel dalam masalah HAM.
Uni Emirat Arab (UEA), yang juga menormalisasi hubungan dengan Israel tahun 2020 dan dikunjungi Perdana Menteri (PM) Israel untuk pertama kalinya hari Minggu, juga tidak mengirimkan peserta. UEA beralasan “karena keterbatasan waktu” dalam memilih pemenang tingkat nasionalnya.