Sayembara Baca Puisi Multimedia PWI Ditutup, 27 Karya Tereliminasi
RIAU24.COM - Bentang masa pengiriman karya Sayembara Baca Puisi Multimedia PWI Pusat resmi ditutup, Kamis (2/12) yang lalu.
Saat ini panitia memilah dan memilih video-video pembacaan puisi multimedia bertema ‘Bersemi Kala Pandemi’ yang dikirim para peserta dari Aceh hingga Papua.
Menurut Ketua Panitia, Ramon Damora, panitia diamanahkan menjadi gerbang awal penyeleksian setiap karya yang masuk. Sesuai syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.
"Jangankan dua atau tiga syarat diabaikan, satu ketentuan saja tidak dipenuhi peserta, maka panitia dengan terpaksa menggugurkan karyanya sebelum dikirim ke meja Dewan Juri. Misalnya ada sejumlah peserta mengirimkan video berdurasi lebih 10 menit, padahal ketentuannya maksimal 5 menit. Ada yang tidak mencantumkan logo PWI, lupa menyertakan teks puisi, dan sebagainya," kata Ramon.
“Banyak pula yang mengirim video ke nomor ponsel narahubung panitia, dengan dalih tidak tahu cara menggunakan email atau sinyal buruk, mereka lupa bahwa semangat lomba baca puisi multimedia ini adalah menyongsong era digital,” sambung Ramon.
Menurut Ramon, jika panitia berpikir kompromi kepada peserta yang kurang mengindahkan syarat lomba, sama saja dengan tidak menghargai peserta yang bertungkus lumus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik.
“Seniman juga harus belajar disiplin,” tegas Ramon.
Walhasi, urai dia, hingga tenggat waktu yang ditetapkan, panitia menerima 107 karya video puisi multimedia dari hampir seluruh provinsi di tanah air. Dari 107 itu, ada 27 karya yang tereliminasi karena tidak memenuhi syarat dan ketentuan. Sisanya, 80 karya, akan diserahkan ke meja Dewan Juri hari ini.
Dewan Juri babak penyisihan, sebut dia terdiri dari Hasan Aspahani dan Dheni Kurnia. Dua nama besar di blantika sastra kontemporer Indonesia. Hasan Aspahani adalah seorang penyair, novelis, esais, penulis skenario film, dan influencer dunia literasi yang masyhur dikenal di dunia maya dengan nama @jurubaca.
Sedangkan Dheni Kurnia merupakan sastrawan, budayawan, jurnalis senior. Tahun 2018, buku puisi alumni LES Mounclear College, Los Angeles, California, Amerika Serikat, ini berjudul ‘Bunatin’ mendapatkan penghargaan sebagai Buku Puisi Terbaik Anugerah Hari Puisi Indonesia.
Ramon menambahkan, Dewan Juri bakal menilai setiap video puisi multimedia yang masuk setidaknya dengan enam indikator penilaian: penghayatan/penjiwaan, ekspresi/gesture, vokal/artikulasi/intonasi, orisinalitas, kreativitas multimedia, serta konsep dan ketepatan makna puisi terhadap tema.
“Hingga pertengahan Desember 2021 Dewan Juri akan bekerja memilih 5 finalis yang akan diundang berlomba di laga final pada acara Malam Apresiasi Puisi ‘Bersemi Kala Pandemi’ di Kendari, Sulawesi Tenggara, tanggal 8 Februari 2022, tentu segalanya kami tanggung baik transportasi maupun akomodasi,” ujar Ketua Bidang Budaya PWI Pusat ini.
Selain 5 finalis, tambah Ramon lagi, panitia juga akan meminta kesediaan Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari, untuk memilih 5 video favorit yang masing-masing akan mendapatkan hadiah Rp500 ribu. Adapun di malam final Kendari, juara pertama berhak atas hadiah Rp10 juta, juara kedua Rp7 juta, juara ketiga Rp5 juta, dan dua juara harapan masing-masing Rp1,5 juta.
“Kita doakan juri agar bisa segera bekerja dengan merdeka gembira. Bila tak ada aral melintang, pengumuman 5 finalis dan 5 favorit akan kami siarkan secara virtual pada pertengahan Desember. Sampai bertemu di Kendari,” demikian Ramon. ***