Bukan Indonesia, Amerika Serikat Jadi Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia
RIAU24.COM - Sebuah laporan berjudul "Memperhitungkan Peran AS dalam Sampah Plastik Laut Global" menyebutkan bahwa Amerika Serikat saat ini menjadi penyumbang limbah plastik terbesar di dunia.
Laporan ini membuat Negeri Paman Sam sangat membutuhkan strategi baru untuk mengekang jumlah besar plastik yang berakhir di lautan, menurut laporan baru yang diserahkan pada pemerintah federal, lapor Guardian, Kamis (2/12).
Munculnya plastik murah dan serbaguna telah menciptakan "banjir sampah plastik skala global yang kita lihat di mana-mana," laporan tersebut menyatakan.
AS disebut sebagai "kontributor utama plastik sekali pakai yang akhirnya menjerat dan mencekik kehidupan laut, merusak ekosistem, serta membawa bahaya polusi melalui rantai makanan."
Sampah plastik telah meningkat tajam di AS sejak 1960, dengan negara tersebut sekarang menghasilkan sekitar 42 juta metrik ton sampah plastik per tahun, sekitar 130 kilogram (kg) sampah untuk setiap orang di Amerika. Jumlah ini lebih dari gabungan semua negara anggota Uni Eropa.
Jumlah keseluruhan limbah kota yang dibuat di AS juga dua hingga delapan kali lebih besar daripada negara-negara yang sebanding di seluruh dunia, menurut laporan tersebut. Infrastruktur daur ulang gagal mengimbangi pertumbuhan besar dalam produksi plastik Amerika.
Membuang sampah sembarangan dan pembuangan sampah yang tidak efisien menyebabkan hingga 2,2 juta ton plastik, mulai dari botol plastik, sedotan, hingga kemasan, bocor ke lingkungan setiap tahun. Total pemborosan bahkan mungkin lebih besar dari ini karena kesenjangan data dalam melacaknya.
Sebagian besar plastik ini "berjalan" melalui sungai, saluran air, hingga ke lautan dunia. Di seluruh dunia, setidaknya 8,8 juta ton sampah plastik memasuki lingkungan laut setiap tahun, setara dengan membuang truk sampah berisi plastik ke laut setiap menit.
Jika tren saat ini berlanjut, para ilmuwan memperkirakan jumlah ini bisa melonjak jadi 53 juta ton per tahun pada 2030, yang kira-kira setengah dari berat semua ikan yang ditangkap dari lautan secara global setiap tahun.