Ledakan Alpukat Kolombia Menunjukkan Harta Karun Tersembunyi Dari Si Hijau Emas
RIAU24.COM - Pertanian kopi adalah urat nadi ekonomi keluarga Riobardo Zapata selama beberapa generasi hingga industri di sekelilingnya seakan bubar. Cuaca ekstrem yang oleh para ilmuwan dikaitkan dengan perubahan iklim – termasuk kekeringan yang berkepanjangan dan hujan lebat – mulai merusak panen selama dekade terakhir, membahayakan nasib kacang kecil yang membantu menempatkan Kolombia di peta dan mata pencaharian para petani yang menanamnya.
Harga pasar yang tidak stabil, sementara itu, membuat Zapata yang berusia 56 tahun bertahan hidup selama musim panen terbaik dan tenggelam dalam utang selama musim terburuk. “Saya harus mengambil hutang dari bank sepanjang waktu. Saya tidak mampu membeli makanan atau banyak kebutuhan dasar,” kata Zapata kepada Al Jazeera.
Namun tujuh tahun lalu, “ledakan alpukat” melanda negara Amerika Selatan itu, didorong oleh meroketnya permintaan dan harga global untuk buah tersebut. Ledakan itu mengubah daerah seperti Zapata, mengubah pegunungan Andes yang diselimuti hutan di sekitar kota kecilnya menjadi pertanian alpukat yang terbentang sejauh mata memandang.
Zapata termasuk di antara orang Kolombia yang tak terhitung jumlahnya yang menguangkan, membuang tanaman mereka demi "emas hijau" yang menggiurkan.
“Sepanjang hidup saya, keluarga saya, kakek-nenek saya, orang tua saya, semua orang menanam kopi,” kata Zapata. "Tapi sekarang, kopi menghilang dan alpukat menggantikannya."
Namun para ilmuwan memperingatkan bahwa budidaya buah yang berlebihan menimbulkan ancaman lingkungan di salah satu wilayah yang paling beragam secara biologis di dunia, terutama karena kondisi iklim tumbuh lebih ekstrem.