Menu

Pejabat Taliban Bandingkan Wanita Tak Berjilbab Mirip Irisan Melon, Netizen Meradang Sebut Wanita Seperti Benda yang Bisa Diperjualbelikan

Devi 10 Sep 2021, 08:45
Foto : India.com
Foto : India.com

RIAU24.COM -  Seorang anggota Taliban dilaporkan membandingkan wanita tanpa jilbab dengan 'irisan melon', dalam sebuah video yang telah menjadi viral, memicu kemarahan dan kritik yang meluas. 

Pernyataan misoginis dibuat oleh seorang pejabat Taliban ketika dia berbicara dengan seorang jurnalis. Dalam video tersebut, pejabat tersebut membandingkan wanita tanpa jilbab dengan irisan melon dan menyatakan bahwa tidak ada yang mau membeli irisan melon dan mereka semua lebih suka melon utuh.

Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, wanita telah diperintahkan dengan ketat untuk mengenakan jilbab saat di depan umum, sementara mereka yang kuliah di universitas swasta diamanatkan untuk mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah.

Seorang jurnalis BBC Zia Shahreyar l membagikan video tersebut dan menulis, "Seorang pejabat Taliban dalam sebuah wawancara di Kabul tentang pentingnya Hijab:" Apakah Anda membeli irisan melon atau melon utuh. Tentu saja yang utuh. Wanita tanpa hijab itu seperti irisan melon.”

Video itu menjadi viral, dengan banyak yang terkejut dengan perbandingan yang aneh, sementara yang lain mengatakan bagaimana pria dalam video itu benar-benar menyindir 'membeli' wanita. 

Seorang pengguna menulis, "Tapi mengapa Anda ingin membeli wanita?" 

Yang lain menulis, “Saya tidak percaya bahwa sandiwara misoginis ini tidak menciptakan kemarahan besar-besaran dan dunia sibuk melegitimasi kelompok Teror ini. Seorang wanita adalah manusia yang bebas."

Sejak Taliban mengkonsolidasikan kendalinya atas Afghanistan, kepanikan dan ketakutan telah mencengkeram penduduk, terutama perempuan. 

Kamis, 9 September 2021,  juru bicara Taliban mengatakan bahwa olahraga wanita, dan kriket wanita secara khusus, akan dilarang di negara itu. Kelompok teror itu mengatakan Islam dan Imarah Islam tidak mengizinkan wanita untuk bermain olahraga di mana bagian tubuh mereka akan terekspos.

“Dalam kriket, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak tertutup. Islam tidak mengizinkan perempuan terlihat seperti ini,” kata Ahmadullah Wasiq, wakil kepala komisi kebudayaan Taliban.

Meskipun Taliban pada awalnya meyakinkan bahwa perempuan akan diberikan hak-hak mengikuti hukum Syariah Islam, beberapa insiden baru-baru ini menunjukkan bahwa janji-janji mereka memang kosong. Dari melarang pendidikan bersama hingga tidak mengizinkan perempuan bekerja dan bermain, undang-undang regresif telah memicu serangkaian protes di negara itu.