Kisah Jendral Hoegeng yang Tak Ingin di Makamkan di TMP Kalibata karena Tak Mau Sekuburan dengan Para Koruptor
RIAU24.COM - Drs. Hoegeng Iman Santoso adalah tokoh paling legendaris bagi para polisi. Kapolri ke-5 yang dilantik pada 1 Mei 1968 ini melegenda karena kejujuran, ketegasan, dan juga kebersahajaannya.
Gus Dur pun pernah mengatakan polisi jujur di Indonesia cuma ada 3, yaitu patung polisi, polisi tidur dan Hoegeng.
Lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah, Hoegeng menjadi panutan tak hanya bagi anggoa Polri, tapi juga bagi aparat penegak hukum lainnya. Integritasnya yang tinggi membuatnya disegani sekaligus diteladani.
Selama menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng pernah menangani kasus besar, yaitu Kasus Sum Kuning. Kasus ini adalah pemerkosaan yang menimpa seorang warga Yogyakarta bernama Sumarijem. Perempuan tersebut diperkosa oleh beberapa anak penggede.
Kemudian, kasus besar kedua yaitu kasus Rene Louis Coenrad, kasus pertandingan sepak bola persahabatan antara kesebelasan ITB dengan kesebelasan AKABRI yang berakhir ricuh. Kerusuhan tersebut berlanjut ketika soerang taruna Akpol menembak Rene mahasiswa ITB yang berujung pada kematian. Hoegeng berjanji untuk mengajukan kasus tersebut ke pengadilan.
Kasus besar ketiga yang ditangani Hoegeng adalah kasus Robby Tjahyadi, seorang WNI yang terlibat kejahatan penyelundupan mobil mewah senilai Rp 716.243.300.. Kasus tersebut menjadi spektakuler, bukan dari nilai rupiahnya, tapi Robby memiliki kedekatan hubungan dengan Keluarga Cendana.