Usai Pertempuran yang Panjang, Pasukan Taliban Akhirnya Menguasai Panjshir, Provinsi Afghanistan Terakhir
RIAU24.COM - Pasukan Taliban telah sepenuhnya mengambil alih kendali provinsi Panjshir di utara Kabul, ibu kota Afghanistan, kata mereka dalam sebuah pernyataan, Senin. Provinsi itu adalah tempat terakhir pasukan anti-Taliban di Afghanistan dan satu-satunya provinsi yang tidak direbut Taliban selama penyisiran mereka di negara itu bulan lalu.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Panjshir sekarang berada di bawah kendali para pejuang Taliban.
Ribuan pejuang Taliban menyerbu delapan distrik Panjshir semalam, menurut saksi dari daerah tersebut. Para pejuang anti-Taliban telah dipimpin oleh mantan wakil presiden dan putra dari pejuang ikonik anti-Taliban Ahmad Shah Massoud yang terbunuh hanya beberapa hari sebelum serangan 9/11 di Amerika Serikat.
Sebelumnya, pertempuran hebat berlangsung sepanjang akhir pekan di Lembah Panjshir. Pasukan Taliban yang kabarnya dipimpin oleh Qari Fasihuddin, seorang komandan utara berdarah Tajik, merangsek dari pelbagai pintu masuk menuju lembah. Pada Senin (6/9) pagi, juru bicara Zabihullah Mujahid, mengklaim "benteng terakhir musuh telah dikuasai sepenuhnya," tulisnya via Twitter.
Dengan kemenangan ini, negara kita akhirnya berpisah dari kengerian perang," katanya seperti dilansir AFP. Sebuah foto yang beredar di internet menampilkan bendera Taliban berkibar di kantor pusat pemerintah di ibu kota provinsi, Bazarak.
Pada Minggu (5/9) malam, Fron Perlawanan Nasional Afganistan (NRFA) yang dipimpin Ahmad Massoud dan bekas Wakil Presiden Abdullah Saleh, sempat menawarkan gencatan senjata. Pada saat itu kelompok oposisi sudah kehilangan sejumlah tokoh penting, antara lain juru bicaranya, Fahim Dashti, dan sejumlah komandan perang, termasuk dari keluarga dekat Ahmad Massoud seperti Jendral Wudod Zara, lapor NRFA.
Namun tawaran itu tidak digubris. Hingga pagi, pertahanan NRFA di Panjshir terus dibombardir, termasuk oleh serangan udara yang tidak jelas asal usulnya.
"Kami yakinkan kepada warga Afganistan bahwa perlawanan melawan Taliban dan mitra-mitranya akan terus berlanjut sampai keadilan dan kebebasan terwujud," kicau NRFA dalam bahasa Inggris di Twitter.
Panjshir yang enggan tunduk
Antara 1981 hingga 1985, Sovyet berulangkali mengusir pasukan Massoud, untuk mendapati mereka kembali menguasai Panjshir segera setelah pasukan Sovyet keluar dari lembah. Sejak itu perang di Panjshir selalu dikenal sebagai yang paling berdarah di seantero Afganistan.
Saat ini pun NRFA belum mengaku kalah, melainkan mundur dan menempatkan serdadunya di "lokasi-lokasi strategis" di sepanjang lembah.
Namun pertumpahan darah lanjutan kini coba dicegah melalui negosiasi damai. Pada Minggu (5/9), media-media Afganistan melaporkan dewan ulama mendesak Taliban agar menyelesaikan konflik melalui prundingan. Hal serupa juga kini didesakkan oleh Iran, yang bereaksi sebagai negara asing pertama.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Saeed Khatibzadeh, mengatakan, "kabar yang datang dari Panjshir benar-benar mengkhawatirkan," ujarnya. "Serangan itu kami kecam secara keras."
"Saya selalu tegaskan bahwa solusinya harus dicapai melalui dialog yang ikut melibatkan semua tetua masyarakat Afgan," imbuh Khatibzadeh."
Terkait dugaan kuat keterlibatan militer Pakistan dalam menyokong Taliban, termasuk melancarkan serangan udara terhadap Panjshir, Iran mewanti-wanti "kepada mereka yang mungkin akan melakukan kesalahan strategis yang masuk ke Afganistan dengan niatan yang berbeda, bahwa Afganistan bukan negara yang menerima agresi negeri asing di wilayahnya."