Kisah Haru Seorang Badut Jalanan, Berjuang Untuk Bertahan Hidup di Tengah Pandemi
"Jadi badut ini karena diajak teman bang, lumayan bisa beli makan," katanya.
Bunga mengaku, setelah pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat, pemasukannya menurun drastis di bawah 50 ribu setiap hari.
"Sepi bang, paling banyak Rp50 ribu," katanya menjelaskan pemasukannya.
Namun, walaupun begitu, di lain sisi penampilan mereka di lampu-lampu merah mungkin menjadi masalah tersendiri. Semisal mengganggu ketertiban umum, atau mengganggu lalu-lintas.
“Kalau sejauh ini, nggak masalah. Tapi bisa bahaya juga melakukan aktivitas di jalan kayak gitu, bisa ketabrak loh mereka. Banyak pengamen anak-anak, jualan koran anak-anak, jualan tisyu. Apalagi kendaraan di Pekanbaru tau sendirilah, dump truk lewat, kontainer lewat. Bahaya lah. Dilema juga, di lain sisi mereka nyari duit. Mungkin mereka ga seberuntung kita ekonominya,” kata Rina, salah satu mahasiswa di Pekanbaru.
Memang, profesi sebagai badut jalanan memberikan asa kehidupan di tengah impitan kebutuhan, meskipun risiko yang diterima juga sebanding.