Kisah Arsilan, Mantan Staf Soekarno yang Kini Menjadi Pemulung untuk Membiayai Kehidupan Sehari-hari
RIAU24.COM - Tidak ada yang menyangka jika sosok renta yang sehari-harinya mencari barang bekas di jalanan itu merupakan salah satu sosok penting di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Arsilan, nama pria tua itu ternyata merupakan mantan tukang kebun keluarga Presiden Sukarno.
Jasa-jasanya di masa lalu seolah berbanding terbalik dengan nasib Arsilan yang kini menjadi seorang pemulung. Hidupnya terhitung jauh dari kata layak meski dirinya dahulu sempat menjadi bagian dari keluarga Bung Karno.
Arsilan pernah tergabung ke dalam tentara pelajar hizbullah, sebelum menjadi tukang kebun di keluarga Proklamator Indonesia itu.
Ia berjuang dengan ikhlas tanpa pernah meminta imbalan apapun. Niatnya hanya satu yakni membantu memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah. Pada saat itu ia terpisah dari kedua orang tuanya.
Sejak tahun 40-an, Arsilan sudah bekerja untuk Presiden Soekarno. Bahkan tiang bambu untuk pancang bendera, beliau lah yang memasang sehari sebelum proklamasi.
Ketika gejolak politik tahun 1965, nasib Arsilan jadi tak menentu. Kini ia tinggal di gubuknya di Jl. Bonang (sebelah timur Taman Proklamasi Menteng) sambil mengumpulkan gelas plastik.
Walau hidupnya serba kekurangan, Arsilan tak pernah mengeluh.
Arsilan berprinsip, "Jika seseorang berjuang minta digaji, itu namanya kuli, Berjuang jangan mengharap gaji, biar mati di jalan Tuhan!".
Saat ini demi membiayai kehidupan sehari-harinya, Arsilan melakukan pekerjaan sebagai pemulung di sekitaran Tugu Proklamasi. Hasil yang didapat pun tidak menentu setiap harinya.
Arsilan bukan satu-satunya veteran yang bernasib kurung beruntung di masa tuanya. Ada banyak kisah dari puluhan atau bahkan ratusan dari mereka yang harus terlunta-lunta hingga akhir hayatnya.