Pasangan Gay Ini Rawat Bayi yang Mereka Temukan di Stasiun Kereta Api, Transformasinya Bikin Pangling
RIAU24.COM - Pada Agustus 2000, seorang pria bernama Danny Stewart pergi makan malam dengan pacar gay nya. Dalam perjalanan ke stasiun kereta bawah tanah, ia menemukan seorang bayi dalam keadaan terbungkus di sudut pintu keluar stasiun.
Awalnya ia mengira itu boneka, namun ia terkejut tatkala bayi itu bergerak.
“Saya mengamati, melihat, tetapi tidak melihat siapa pun di dekatnya. Ada seorang bayi di lantai dan tidak ada seorang pun di sekitarnya. Bagaimana ini bisa terjadi?” ujar Danny.
zxc1
Karena takut memindahkan bayi itu, dia berlari ke telepon umum terdekat untuk menelepon 911 - lalu menelepon pacarnya, Peter Mercurio, yang segera menuju ke lokasi.
Mercurio tiba ketika polisi mengambil bayi yang baru lahir itu, tali pusarnya masih utuh. Dia dibawa ke Rumah Sakit St. Vincent dalam kondisi stabil.
Kemudian, pada Desember, Stewart diundang untuk bersaksi di sidang pengadilan keluarga bayi itu. Setelah kesaksiannya, hakim mengajukan pertanyaan yang akan mengubah hidupnya.
“Apakah anda tertarik untuk mengadopsi bayi ini?” tanya hakim padanya.
“Ketika hakim bertanya apakah saya tertarik untuk mengadopsinya, apa yang saya katakan secara naluriah adalah 'ya'. Tapi saya sekali lagi tidak percaya bahwa dia menanyakan pertanyaan itu,” ujar Stewart mengenang hari persidangan.
Sebelum menemukan bayi di kereta bawah tanah, dia dan pacarnya tidak pernah benar-benar berbicara tentang memulai sebuah keluarga.
“Dalam tiga setengah tahun kami bersama, kami memiliki satu percakapan yang sangat singkat tentang anak-anak. Kami tidak punya uang, kami tinggal di ruangan yang sangat kecil dengan teman sekamar. Kami tidak akan pernah menjadi orang tua,” ujar Peter Mercurio.
Mercurio, yang saat itu berusia 32 tahun, awalnya menentang Stewart, namun akhirnya luluh dan mengiyakan recana adopsi bayi itu.
Pasangan itu berencana untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua selama berbulan-bulan mendatang, tetapi pada sidang berikutnya, hakim bertanya apakah mereka ingin menghabiskan Natal bersama anak tersebut.
Jadi, dua hari kemudian, pada pagi yang bersalju di Manhattan, pasangan itu pergi menjemput bocah lelaki yang mereka beri nama Kevin.
Bayi kecil itu memiliki ruam yang melepuh dan tertidur dalam posisi meringkuk.
“Itu menghancurkan hati kami. Dia gemetar seperti chihuahua yang gugup dan tidak menangis sama sekali,” kata Mercurio.
“Kami terus-menerus dan mengobati ruamnya dengan kasih sayang, dan pada hari Natal dia sudah sembuh,” tambahnya.
Hingga kini Ibu Kevin tak pernah ditemukan. Kadang-kadang, dia (Kevin) menunjuk seorang wanita yang mirip dengannya dan bertanya-tanya apakah itu ibunya.
“Apakah di saat-saat tenangnya dia merenungkannya dengan senang atau sedih, kita tidak tahu. Saya tidak berpikir dia berharap dia memiliki kehidupan lain,” imbuh Mercurio.
Kini, Kevin sudah menginjak usia 20 tahun, kuliah di jurusan matematika dan ilmu komputer. Mercurio mendeskripsikannya sebagai anak pendiam dan agak tertutup.
Beberapa tahun lalu, Mercurio menerbitkan buku anak-anak, “Our Subway Baby,” tentang kisah Kevin. “Di mana ada cinta, segalanya mungkin,” bunyi sampul belakang buku itu.
“Saat saya (setiap kali) berjalan melalui stasiun kereta bawah tanah itu, gelombang emosi datang kepada saya,” kata Mercurio.
Dan pasangan itu masih berhubungan dengan hakim yang mengawasi adopsi Kevin: Pada 2011, ketika New York melegalkan pernikahan gay, dialah yang meresmikan pernikahan mereka.
Dia menghadiri pesta kelulusan sekolah menengah Kevin, dan Mercurio mengiriminya salinan "Our Subway Baby" saat diterbitkan. Mereka bertukar kartu liburan setiap Desember.