Kisah Sedih Pak Guru Ali, Lewati Hutan dan 5 Bukit Dengan Kakinya yang Tak Sempurna, Demi Berbakti Sebagai Guru Honorer
RIAU24.COM - Pernah mendegara lagu Iwan Fals yang berjudul Oemar Bakrie?
Lagu ini sangat pas disematkan untuk menceritakan kisah hidup Pak Guru Ali. Meski sosoknya tak sepopuler Oemar Bakrie, namun jasanya terhadap pendidikan anak negeri tak tertandingi meski hidup dengan keterbatasan fisik (difabel).
Pagi-pagi sekali Pak Ali sudah keluar dari pintu Rumah Tahan Gempa mungilnya itu di wilayah sebelah Barat kaki Gunung Rinjani. Melangkah dengan telapak kakinya yang terlahir bengkok, sejauh 6 KM melewati hutan dan 5 bukit untuk sampai ke SD tempat ia mengajar. Kakinya yang terlahir bengkok, membuatnya sulit berjalan. namun dengan penuh semangat ia berusaha untuk tiba disekolah dengan tepat waktu,
Sesekali, Pak Guru Ali akan beristirahat di bukit untuk menghilangkan lelahnya sebelum mengajar.
Sebelum menjadi guru, Pak Ali sempat bekerja sebagai tukang pecah batu. Kemudian tawaran datang pada Pak Ali untuk mengajar di SD, untuk menjadi tenaga pengajar dan pembina ekstrakurikuler pramuka pada tahun 2004 silam. Tawaran yang disambut hangat oleh Pak Ali karena beliau ingin sekali bisa membagi ilmunya.
Sejak saat itulah petualangan Guru Ali dimulai.
Mengajar demi memenuhi panggilan hatinya, bersiul dan bernyanyi selama perjalanannya menuju sekolah. Seakan tak tampak realita sebenarnya, dompetnya hanya berisikan 250 ribu perbulan upahnya sebagai guru honorer.
Meski hanya berbekalkan sebotol air minum dan baju ganti, namun semangat mengabdi Guru Ali tidak pernah patah. Memberikan pelajaran terbaik bagi murid didiknya, dengan penuh senyum seakan murid didiknya adalah anaknya sendiri.
Sepulang sekolah saat matahari telah lama terbenam, Guru Ali pulang dengan membawa bibit kayu umbi-umbian yang ia temui di hutan. Untuk kemudian di tanam di rumahnya untuk persediaan makan istri dan anaknya.
Guru Ali hanya bisa berharap tubuhnya tetap kuat untuk bisa terus mengajar. Ia juga ingin sekali membelikan sepeda untuk anaknya. Agar sang anak yang sebentar lagi sudah masuk usia sekolah, bisa menuntut ilmu menaiki sepedanya. Tanpa lelah harus berjalan jauh seperti yang sudah Guru Ali lakukan selama 17 tahun belakangan ini.