Prediksikan Adanya Ancaman Bahaya, Diplomat AS Sudah Kirim 'Telegram Rahasia' Sebelum Taliban Kuasai Afghanistan
RIAU24.COM - Para diplomat Amerika Serikat di Afghanistan pada Juli telah mengirim telegram internal untuk memperingatkan Menteri Luar Negeri Antony Blinken tentang potensi jatuhnya Kabul ke Taliban ketika pasukan AS menarik diri dari negara itu.
Tindakan cepat perlu diambil karena mereka percaya situasi di Afghanistan dapat memburuk dengan cepat dan mereka takut akan bencana.
Mereka menjelaskan bagaimana departemen luar negeri (Deplu) AS harus bertindak cepat untuk memproses dan mengevakuasi warga Afghanistan yang telah membantu AS dan membawa mereka keluar dari negara itu dengan cepat.
Pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan kepada CNN jika para diplomat memutuskan untuk mengirim memo perbedaan pendapat karena mereka merasa peringatan dan rekomendasi sebelumnya telah diabaikan dan dicap mengkhawatirkan.
Telegram rahasia, yang ditandatangani oleh lebih dari selusin diplomat AS, mendesak langkah-langkah khusus yang harus diambil, termasuk memulai program pendaftaran biometrik untuk warga Afghanistan yang mengajukan Visa Imigran Khusus (SIV) atau status pengungsi sebelum evakuasi, sehingga mereka tidak akan buang waktu sebelum apa yang mereka yakini akan segera runtuhnya pemerintah Afghanistan saat AS mundur.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah dikritik karena meninggalkan upaya untuk membawa para diplomat Amerika Serikat dan warga negara lainnya serta sekutu Afghanistan untuk keluar dari negara itu sampai setelah pengambilalihan Taliban berlangsung dengan lancar.
Namun, para pejabat AS menolak untuk mengonfirmasi keterangan spesifik atau membagikan isi dari telegram tersebut.
"Saya pikir telegram tersebut mencerminkan apa yang telah kami katakan selama ini, di mana tidak ada yang benar dalam memprediksi bahwa pemerintah dan tentara Afghanistan akan runtuh dalam hitungan hari," kata wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jonathan Finer kepada CNN.
Seorang narasumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS ikut prihatin dengan mereka yang membuat pesan telegram tersebut, termasuk dengan mengecam kekejaman Taliban menjelang kelompok militan itu merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Minggu (15/8).
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pandangan para diplomat AS itu yang disampaikan kepada Menlu Blinken melalui saluran tersebut telah dimasukkan ke dalam kebijakan dan perencanaan.
"Kami menghargai perbedaan pendapat internal yang konstruktif. Ini suatu hal yang patriotik. Hal ini dilindungi. Dan itu membuat kami lebih efektif," kata Price.