Tak Banyak yang Tahu, Kisah Cinta Abadi Pasangan Strauss yang Tenggelam di Titanic Sambil Berpegangan Tangan, Lebih Mengharukan Dari Jack dan Rose...
RIAU24.COM - SIAPA yang tak mengenal tokoh Jack dan Rose Dawson dalam film 'Titanic'. Kisah cinta pasangan kekasih tersebut berhasil membuat para penontonnya meneteskan air mata meskipun cerita mereka hanyalah fiktif belaka.
Lebih dari satu abad telah berlalu sejak kapal yang terkenal megah itu tenggelam pada 15 April 1912. Tragedi itu menyimpan sejuta cerita termasuk kisah cinta sejati yang nyata dari pasangan Ida dan Isodor Strauss.
Kala itu, sepasang suami tersebut melakukan perjalanan bersama dan menjadi salah satu penumpang Titanic. Menurut keterangan seorang sahabat dari Isidor, pasangan tersebut dikenal sebagai suami-istri yang setia dan kerap berpergian bersama. Bahkan, ketika Isidor harus pergi sendirian untuk urusan bisnis, keduanya akan senantiasa saling berkirim surat.
Bukti kesetiaan cinta mereka terbungkus menjadi satu dengan kisah memilukan tenggelamnya kapal Titanic. Ida Straus telah mendapatkan tempat di sekoci nomor delapan ketika Titanic nyaris tenggelam. Pada dasarnya Ida akan menjadi salah satu penumpang yang selamat dari Titanic jika saja ia tak meninggalkan sekoci.
Namun tiba-tiba perempuan itu berbalik.
"Kita telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Ke manapun kau pergi, aku ikut," kata dia kepada suaminya, Isidor Straus.
Keduanya memilih bersama, seperti janji yang mereka ikrarkan 40 tahun lalu, meski taruhannya adalah nyawa. Ida dan Isidor Straus sudah lama terkenal sebagai pasangan setia. Mereka kerap bepergian bersama, ke seantero Amerika Serikat atau Eropa. Jika Isidor harus pergi sendirian dalam perjalanan bisnis, mereka akan saling berkirim surat.
Seperti dikutip dari The Vintage News, keduanya menikmati kebersamaan lebih dari apapun -- bahkan harta berlimpah yang mereka miliki.
Rosalie Ida Strauss, yang berdarah Jerman-Amerika lahir di Worms pada 1849. Pada usia 22 tahun, ia menikah dengan Isidor Straus -- pemuda 26 tahun kelahiran Palatinate. Kala itu sang mempelai pria sudah jadi pebisnis di AS dan menjadi salah satu pemilik toko serba ada Macy’s Department Store, New York.
Uang tak pernah jadi masalah bagi keduanya. Dengan kekayaannya, Isidor Straus bisa dikatakan sebagai 'miliarder' pada masanya.
Pasangan tersebut memiliki tujuh anak, satu di antaranya meninggal dunia saat lahir. Pada awal tahun 1912, pasangan tersebut menikmati musim dingin di Eropa, menghabiskan waktu di Cape Martin, Prancis selatan.
Awal April, mereka kembali ke rumah di kota New York, dengan menaiki RMS Titanic.
Setelah kapal termewah pada zamannya itu menghantam gunung es dan mulai karam, semua orang bergegas menuju dek, demi mendapat tempat di sekoci yang tak sebanding dengan jumlah penumpang.
Di tengah kepanikan, awak Titanic memutuskan untuk mengevakuasi anak dan perempuan terlebih dahulu. Ida dibawa ke sekoci No.8. Dan karena menjadi bagian dari 'kelas elite' Isidor ditawari bangku dalam sekoci, di sebelah istrinya. Namun, pria sejati itu menolaknya.
Dengan suara tegas, ia berkata pada Kolonel Gracie, "Aku tak akan pergi lebih dulu dari pria-pria lain."
Ida kemudian bahkan bersikukuh agar pembantu barunya, Ellen Bird masuk sekoci. Ketika gadis Inggris itu ragu, ia memberikan mantel bulunya yang mahal, mengatakan bahwa ia tak lagi membutuhkannya.
Saat Kolonel Gracie dan sejumlah rekan mencoba membujuknya, Ida tetap menolak. Ia tak mau berpisah dari pria yang ia cintai. "Aku tak akan berpisah dari suamiku. Kami akan hidup atau mati bersama," kata perempuan itu.
Ida dan Isidor kali terakhir terlihat di dek dalam kondisi saling berpegangan tangan. Saksi mata yang melihat pasangan itu mendeskripsikan adegan tersebut sebagai, "momentum luar biasa yang menunjukkan cinta dan kesetiaan."
Kisah cinta pasangan itu lebih nyata dan mengharukan daripada Jack dan Rose dalam Film Titanic.