Pengelola Biji Karet Asal Bantan Bengkalis Dapat Penghargaan Dari Presiden RI
RIAU24.COM - BENGKALIS - Pengalaman masa kecil yang paling berkesan dan selalu diingat Dewi Melinda (29) adalah saat ia diajak oleh kedua orang tuanya ke kebun getah (karet red,).
Saat itu, sang ayah memotong karet setiap batangan pohon, sementara ibunya mengumpulkan hasil getah dan Dewi Melinda kecil saat itu hanya bermain main di dalam kebun semberi melihat kedua orang tuanya bekerja.
Terlahir dari orang tua petani getah, di Desa Berancah, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Dewi Melinda sudah sangat bersahabat dengan kebun getah yang penuh semak belukar itu.
Anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Jana Wiyanto dan iis Sugiarti itupun setiap harinya mengumpulkan biji getah dari kebun dan membawanya pulang sebagai mainan layaknya mainan anak diusianya.
Beranjak remaja, Dewi sapaan akrab Dewi Melinda yang sudah mengenal biji getah yang berkulit sangat keras dengan isi biji berwarna putih dan berbau sangat harum hingga berpikiran untuk mengelola menjadi makanan.
"Setelah dibawak pulang, kami ketuk dan lihat isinya sangat cantik dan baunya pun wangi. Saat itulah kepikiran diolah menjadi makanan,"ungkap Dewi kepada wartawan, Rabu 4 Agustus 2021.
Berawal dari seringnya membawa biji getah itu, Dewi memanfaatkan biji getah agar tidak menjadi limbah dan terbuang sia sia.
Keinginan untuk memanfaatkan biji getah menjadi bahan makanan itupun dilakukanya. Dari tangan gadis itupun biji getah diolah menjadi tepung bahan makanan.
Bahan diolah tentunya dimanfaakan oleh dewi untuk kebutuhan pribadi keluarga kecilnya.
"Setelah hasilnya saya rasakan enak, barulah kita perkenalkan kepada tetangga dan warga,"ungkap Dewi.
Dengan inovasi yang dilakukannya, pihaknya sudah bisa membantu perekonomian masyarakat Desa Berancah. Karena Dewi saat ini menampung biji getah dari masyarakat untuk diolah menjadi tepung.
"Kita sekarang menerima biji getah dari masyarakat, perkilogramnya kita bayar senilai tiga ribu sampai lima ribu rupiah," papar Dewi.
Untuk saat ini, Dewi menampung biji getah dari masyarakat dalam setahun sebanyak dua kali. Sekali menampung bisa sebanyak seribu kilogram, kemudian diolah menjadi tepung.
"Walaupun hanya dua kali dalam setahun, kalau ada yang menawarkan dalam jumlah kecil tetap diterima,"ucapnya lagi.
Sejak tahun 2005, pengelolaan biji getah menjadi tepung biji getah diolahnya menjadi bahan pembuat berbagai macam makanan, saat ini empat puluh jenis makanan dari hasil olahan biji getah dimilikinya.
Semuanya dijual melalui UMKM yang dikelolanya bersama ibunya, yang paling banyak peminatnya diantaranya keripik brownies biji, brownies panggang biji, nastar biji.
"Penjualan cemilan ini tidak hanya di Bengkalis saja, tetapi sudah sampai keluar daerah orang memesanya, seperti Batam dan negara tetangga Malaysia," terangnya.
Kini, produk olahan dari biji getah, Desa Berancah Kecamatan Bantan berhasil mengharumkan Bengkalis ditingkat nasional. Setelah tahun lalu mewakili Riau sebagai the best award duta UMKM Briliant dan mendapat penghargaan langsung dari presiden Joko Widodo.
Kali ini produk olahan biji getah milik Dewi Melinda akan mewakili Riau diajang Pemuda Pelopor tingkat nasional.
Produk biji getah miliknya telah mengikuti lomba pemuda pelopor tingkat provinsi Riau yang diadakan di Pekanbaru. Lomba pemuda pelopor ini diikuti sebanyak 27 orang dari setiap kabupaten yang ada di Riau.
Hasil lomba tersebut ada lima bidang yang dipilih provinsi untuk mewakili Riau ditingkat nasional.
"Alhamdulillah hasil seleksi kemarin kita terpilih mewakili Riau sebagai pemuda pelopor di bidang pangan," terangnya.
Keberhasilan dirinya membawa inovasi pengelolaan biji getah menjadi bahan pangan ini tidak lepas dari dukungan masyarakat Bengkalis. Terutama masyarakat desa Berancah Kecamatan Bantan.
Selain itu juga dukungan dari pemerintah daerah mulai dari Camat Bantan hingga Bupati serta DPRD Bengkalis. Menurut dia, pemuda pelopor ini merupakan program pemerintah pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam berinovasi, satu diantaranya dalam pengelolaan inovasi pangan.