Kisah Mengharukan Apriyani Rahayu, Bermula Dari Raket Kayu Buatan Sang Ayah Hingga Jadi Ganda Putri Kelas Kakap
RIAU24.COM - Siapa sangka pebulutangkis ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu menyimpan kisah haru untuk menjadi seorang atlet bulutangkis andalan Indonesia. Apriyani Rahayu bercerita mengenal bagaimana awalnya dia jatuh cinta dengan bulu tangkis dan akhirnya menjadi andalan Indonesia di ganda putri.
Dimulai dari hobinya bermain tepok bulu di kampung halamannya, Desa Lawulo, Konawe, Sulawesi Tenggara. Kemudian sang ayah, Ameruddin membuatkan sebuah raket dari kayu dan mencarikan shuttlecock bekas.
"Nah, waktu itu Bapak belum bisa beli raket, jadi dibikin kayu, bulat dan dibentuk begitu. Jadi ada pohonnya begitu di daerah saya. Untuk senarnya, digunakan tali pancing," kata atlet berusia 22 tahun dalam video postingan akun Instagram PBSI.
Namun saat itu, Apriyani belum terpikir untuk bisa menjadi atlet bulu tangkis. Sampai kemudian, ia masuk ke sebuah klub kecil di daerahnya dan dari tempat itu lah ketertarikannya muncul. "Saya tahunya Susy Susanti. Cuma ramai doang, tapi mukanya tak pernah lihat. Jadi sekadar hobi, orang tua juga mendukung, ya berjalan saja," kata dia.
Dukungan dari orang tua, kata dia diperlihatkan ketika harus bertanding ke Kota Makassar. Ia pun tidak memiliki biaya untuk membeli tiket kapal laut dan akomodasi selama turnamen.
"Jadi ayah itu minta ke pemerintah, misalnya ke bupatinya. Jadi ayah itu yang support banget, misalnya ayo ketemu ini, ketemu ini, sampai piagam-piagam saya bawa," kata Apriyani menceritakan perjuangan orang tuanya menjadi biaya untuk ikut turnamen bulu tangkis.
Apriyani pun membalas perjuangan orang tuanya dengan memberikan prestasi di bulu tangkis. Ia pun berhasil menjadi salah satu andalan di Pelatnas PBSI Cipayung.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Pelatih Ganda Putri PP PBSI, Eng Hian, yang membeberkan perjuangan Apriyani sejak pertama kali masuk pelatnas PBSI.
Eng Hian menceritakan kala itu pasangan Greysia Polii ini hanya membawa raket dan bermodalkan uang senilai Rp200 ribu saat masuk pelatnas dan bertemu dengannya.
“Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp200 ribu di tangan. Dia bilang dia mau jadi juara, terserah koh Didi mau kasih program apa, saya siap,” kenang Eng Hian, disadur dari laman resmi PBSI.
“Itu dibuktikan sama dia, saat masih punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama, faktor itu juga yang membuat hingga saat ini belum menemukan sosok dengan mental dan kemauan yang kuat seperti dia,” tambahnya.
Sang pelatih juga membeberkan alasan mengapa Apriyani cocok dipasangkan dengan Greysia sejak 2017 dan mampu bertahan hingga saat ini.
“Kenapa Apri pada saat dipasangkan dengan Greysia langsung cocok? Karena kemauannya kuat. Secara teknik saat itu dia masih jauh ketinggalan dari Greysia, tapi dia bisa mengimbangi, karena kemauannya mau belajar, mau menangnya kuat,” tutupnya.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu pernah menjadi juara Indonesia Masters 2020 setelah mengalahkan pasangan ganda putri Denmark, Sara Thygesen/Maiken Fruergaard. Kemenangan itu sekaligus menuntaskan dahaga gelar ganda putri saat berlaga di kandang sendiri.
Kini Greysia Polii/Apriyani Rahayu mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama asal Indonesia yang lolos semifinal olimpiade. Pertandingan ini berlangsung selama 100 menit. Set pertama 25 menit, set kedua, 40 menit, dan set ketiga 32 menit. Pertandingan ini menghabiskan 37 shuttelcock. Sebanyak 19 kok dipakai pada set pertama, 16 kok pada set kedua, dan 11 kok pada set ketiga.
Pencapaian Greysia/Apri ini merupakan pencapaian besar di sektor ganda putri.