Keyakinan Soekarno pada Ali Sadikin, Gubernur Jakarta yang Dipilih Langsung karena Keras Kepalanya
RIAU24.COM - Suatu pagi, di tengah-tengah pekerjaannya, Ali Sadikin mendapat telepon dari Istana Merdeka. Katanya, Presiden Soekarno hendak berbicara.
Saat itu, ia tak diberi tahu apa-apa soal hajat Soekarno sampai ingin bertemu dengannya, sepanjang hari hatinya gusar, "Ada apa Bapak Presiden ingin bertemu dengan saya?"
zxc1
Sesampainya di Istana, Ali disambut oleh gelak tawa Soekarno, keramahannya yang khas, membuat siapa saya yang bertemu dengannya, merasa amat dekat.
Mereka berbicara panjang lebar, perihal ini dan itu. Sampailah ketika Soekarno mengemukakan hajatnya.
"Ali, aku akan angkat kamu jadi Gubernur Jakarta. Kamu bersedia?," tanya Soekarno.
Pertanyaan itu, bagi Ali, lebih seperti perintah. Tak mengiyakan, Ali yang kaget, balik bertanya.
zxc2
"Apa ini perintah? Kalau perintah, saya akan lakukan," tuturnya.
"Ya. Syukur, kita akan lakukan segera," jawab Soekarno, masih dengan senyumnya.
Senyum Soekarno, mengalahkan keraguan Ali yang masih bingung. Banyak sekali pertanyaan yang wara-wiri di kepalanya. "Mengapa saya? Kenapa harus saya?"
Sesaat setelah Ali mengucap sumpah jabatan, Soekarno menyampaikan bahwasannya Ali akan menghadapi banyak kesulitan. Sesekali dia berbicara tentang ketidaksukaannya melihat sampah, selokan buntu, dan kejorokan di ibu kota.
Saat itu pula, pertanyaan Ali terjawab, tentang kenapa Soekarno memilih dirinya.
"Apa sebab saya memilih seorang gubernur dari Angkatan Laut? Karena Jakarta ini adalah kota pelabuhan. Saya memilih Gubernur Jakarta dari orang yang mengetahui urusan laut dan urusan pelabuhan," tuturnya.
Lagi pula, Bung Karno, menilai Ali sebagai orang yang cukup keras. Bagi beliau, Jakarta butuh sosok seperti Ali Sadikin.
Ali khusyuk mendengarkan Soekarno, apa-apa yang disampaikan Bapak Proklamator di hari itu melekat jauh ke relung hatinya. Ia merasa teramat bangga, Soekarno langsung lah yang memilihnya.
Beberapa waktu berlalu setelah Ali dilantik, Dr. Leimena, menteri yang menjabat paling lama di pemerintahan presiden Soekarno, menyampaikan alasan Ali Sadikin menjadi pilihan sang Proklamator.
"Kata (Dr. Leimena), sebelum Bung Karno memanggil saya, beliau telah berbicara bahwa ia sedang mencari orang untuk dijadikan Gubernur Jakarta."
"Maka diajukanlah tiga nama, yang kesemuanya tokoh-tokoh jenderal. Tapi ketiga-tiganya tak diterima oleh Bung Karno. Katanya, dia perlu orang yang keras, tegas, dan berani."
"Lalu pak Leimena menyebut nama saya. Bung Karno langsung setuju saja," Ali Sadikin, dalam buku Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi, oleh Ramadhan K.H. 2012.