Mati Kelaparan, Pria Ini Berbagi Kisah Bagaimana Kehidupan Para Migran Rohingya Semakin Sulit Karena Dihantam Pandemi
“Saya tidak tahu bagaimana mereka mendapatkan nomor saya, tetapi ketika saya menerima panggilan telepon mereka yang meminta bantuan, saya tidak mau menolaknya. Setiap hari kami mengirim ke rumah-rumah orang Rohingya, seperti kami mengirim bantuan kepada penduduk setempat. Dua hari lalu, saya menelepon perwakilan komunitas Rohingya untuk membahas bantuan yang lebih komprehensif. Banyak yang menelepon tidak fasih berbahasa Melayu, dan saya tidak mampu membantu setiap kasus yang datang dari komunitas Rohingya. Oleh karena itu, saya menyetujui 100 set bantuan sembako kepada perwakilan agar mereka dapat membagikannya kepada keluarga yang membutuhkan bantuan, ”jelasnya.
Menurutnya, komunitas migran dan warga asing mungkin menjadi salah satu yang paling terdampak akibat pandemi.
Mati kelaparan
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina: Seoul Sebut Rusia Memberi Korea Utara Rudal Anti Udara Dengan Imbalan Pasukan
“Saya telah diberitahu bahwa di Sabah, para migran mati kelaparan. Demi kemanusiaan, saya membuat beberapa kontribusi kecil. Selain warga Rohingya, pekan ini saya juga telah mengirimkan 100 set bantuan pangan kepada komunitas migran di Labuan, Sabah. Saya berharap bantuan tersebut setidaknya dapat mengisi perut mereka yang lapar dan meringankan rasa khawatir mereka,” tambahnya.
Meskipun komunitas ini belum menerima bantuan dari pihak berwenang, ada baiknya melihat bahwa orang Malaysia masih melangkah untuk mengakui perjuangan dan bantuan mereka semampu mereka.