Hancur, Dokter dan Tenaga Kesehatan Ditargetkan Perang oleh Militer Myanmar
RIAU24.COM - Di Myanmar, militer menyatakan perang terhadap tenaga kesehatan. Pasukan militer menangkap, menyerang dan membunuh pekerja medis, menjuluki mereka sebagai musuh negara.
Sistem perawatan kesehatan negara yang sudah rapuh perlahan runtuh. Klinik-klinik diserang dan petugas medis menangis.
zxc1
Sebelumnya, para nakes bersembunyi di sebuah biara yang dijadikan tempat darurat untuk menangani mereka yang terluka saat memprotes kudeta.
Naas, aparat keamanan sudah menemukan lokasinya.
Sebuah peluru mengenai seorang pemuda di tenggorokan saat demo, staf medis berupaya dengan panik untuk menghentikan pendarahannya. Lantai dibuat licin oleh darah pemuda itu, dikutip dari AP.
Kaki pemuda yang tertembak itu mulai melemah, tangan-tangannya berangsur kaku, beberapa menit kemudian, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Teman-temannya menangis di sebelahnya. Dokter dan tenaga medis lainnya putus asa, semuanya tenggelam dalam kesedihan.
zxc2
“Junta sengaja menargetkan seluruh sistem perawatan kesehatan sebagai senjata perang,” kata seorang dokter Yangon. Dokter ini buron selama berbulan-bulan sedangkan rekan-rekannya tertangkap dalam penggerebekan, dikutip dari AP.
Pasukan militer menewaskan setidaknya 890 orang, termasuk seorang gadis berusia 6 tahun yang mereka tembak di perut, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang memantau penangkapan dan kematian di Myanmar.
Sekitar 5.100 orang ditahan dan ribuan orang dihilangkan secara paksa.
Di tengah semua kekejaman, serangan militer terhadap petugas medis, salah satu profesi paling dihormati di Myanmar, memicu kemarahan. Myanmar kini menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi petugas kesehatan.
Militer mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 400 dokter dan 180 perawat. Foto wajah mereka dipampang di seluruh media pemerintah bertuliskan "Dicari". Mereka dituduh mendukung dan mengambil bagian dalam gerakan pembangkangan sipil.