10 Pekerja Pembersih Ranjau Ditembak Mati, Pemerintah Afghanistan Mati-matian Tuduh Taliban, Tapi Bos Para Buruh Malah Bilang Taliban yang Bantu Turun Tangan
RIAU24.COM - Sepuluh pembersih ranjau Halo Trust di provinsi Baghlan di Afghanistan utara ditembak mati, dan lebih dari selusin terluka.
Para pekerja tewas ketika orang-orang bersenjata lengkap dengan topeng menyerbu kompleks mereka pada 21:50 (17:20 GMT) hari Selasa (8/6). Para pekerja sedang menghabiskan satu hari memindahkan ranjau dari ladang terdekat.
zxc1
Otoritas Afghanistan menuduh keterlibatan Taliban, tetapi CEO Halo Trust, James Cowan mengatakan kepada BBC bahwa "Taliban setempat datang membantu kami dan menakuti para penyerang". Ditambah Taliban juga membantah keterilbatan mereka atas serangan itu.
"Saya pikir penting untuk mengetahui bahwa Taliban telah menyangkal bertanggung jawab atas ini, dan memang kelompok Taliban lokal datang membantu kami dan menakuti para penyerang," katanya.
Kekerasan di Afghanistan meningkat ketika AS mulai menarik pasukan terakhirnya pada 1 Mei, dilansir dari BBC.
Beberapa distrik di provinsi Baghlan menghadapi pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah.
zxc2
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tareq Arian mengatakan kepada wartawan bahwa "Taliban memasuki kompleks agen pembersihan ranjau, dan mulai menembak semua orang".
Namun Taliban segera mengeluarkan bantahan.
"Kami mengutuk serangan terhadap mereka yang tidak berdaya dan melihatnya sebagai kebrutalan," kata juru bicara kelompok militan Zabihullah Mujahid di Twitter.
"Kami memiliki hubungan normal dengan LSM. Mujahidin kami tidak akan pernah melakukan serangan brutal seperti itu."
Dalam sebuah klip yang dibagikan polisi di Baghlan kepada wartawan, seorang yang selamat dari serangan itu mengatakan orang-orang bersenjata itu bertanya apakah ada di antara mereka yang berasal dari komunitas minoritas Hazara sebelum melepaskan tembakan.
"Lima sampai enam orang bersenjata datang, mereka membawa kami ke sebuah ruangan," katanya. "Pertama mereka mengambil semua uang dan ponsel kami, dan kemudian mereka bertanya siapa pemimpin kami. Mereka bertanya, 'Apakah ada Hazara di antara kalian?' Kami memberi tahu mereka, 'Kami tidak punya Hazara di sini.'"
Dia menambahkan bahwa dia ditembak di kepala, tetapi berhasil melarikan diri melalui jendela.
Hazara, kelompok etnis terbesar ketiga di Afghanistan, telah menghadapi diskriminasi dan penganiayaan jangka panjang, terutama karena keyakinan Syiah mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka menghadapi penculikan dan pembunuhan di tangan kelompok Negara Islam dan Taliban.