Christopher Columbus: Pria yang Temukan Benua Amerika, Tapi Asal Usulnya Belum Terungkap
RIAU24.COM - Pada 1492, Christopher Columbus mengarungi samudra biru, menemukan benua Amerika.
Sekarang para ilmuwan akan menyelidiki, dari mana penjelajah itu berasal.
zxc1
Dilansir dari The Independent, teori mengenai asal muasal Colombus telah berlimpah selama berabad-abad, tetapi penyelidikan internasional yang diluncurkan pada hari Rabu (19/5/2021) akan menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan teknologi DNA terbaru.
Para ilmuwan akan memeriksa DNA dari sampel tulang pria yang menemukan benua Amerika pada tahun 1492 itu menggunakan teknik yang dapat menentukan daerah asal seseorang.
Peneliti akan memeriksa fragmen yang diambil dari tulang utama yang digali dari Katedral Seville pada tahun 2003.
zxc2
Secara luas dianggap lahir di Genoa di Italia, teori lain menyatakan bahwa Columbus mungkin juga berasal dari beberapa bagian Spanyol, Portugal, Kroasia, dan bahkan Polandia.
“Saya sadar ini akan sulit. Fragmen ini sangat terdegradasi. Saya harus realistis. Tapi saya memiliki harapan besar,” kata Dr Jose Antonio Lorente, ahli kedokteran hukum dan forensik di Universitas Granada yang memimpin proyek tersebut, kepada The Independent.
“Secara pribadi saya pikir penyelidikan ini akan berfungsi untuk menyangkal teori tertentu daripada membuktikan teori lain. Saya tidak ragu bahwa Columbus berasal dari Italia, tetapi kami harus memastikannya.”
Dr Lorente menambahkan: “Kami mungkin menemukan bahwa kami dapat memperoleh banyak informasi dari DNA atau tidak sama sekali. Itulah misterinya, sangat menarik.
Penjelajah, yang mendarat di tempat yang sekarang disebut Bahama pada tahun 1492, meninggal pada tahun 1506.
Dia pertama kali dimakamkan di Valladolid di Spanyol utara, tetapi kemudian jenazahnya dipindahkan ke Seville, kemudian dimakamkan kembali di tempat yang sekarang Republik Dominika, sebelum dipindahkan ke Kuba kemudian mereka akhirnya dimakamkan kembali di Katedral Seville.
Sampel tulang telah disimpan di ruang tertutup untuk keamanan di Universitas Granada sejak digali pada tahun 2003.
Pada saat itu, kualitas tulang memburuk dan tidak ada teknologi untuk memeriksanya dengan benar, menurut Dr Lorente.
Sekarang, dengan menggunakan teknologi yang lebih maju, para ilmuwan, sejarawan, dan antropolog di laboratorium di Granada, Florence, Roma, dan Texas, akan memeriksa fragmen dari tulang Columbus dan putranya Hernando dan Diego, yang juga dimakamkan di Katedral Seville.
Para ilmuwan akan menggunakan sampel dari tulang anak laki-laki tersebut untuk membandingkan dengan sisa-sisa tulang Columbus.