Terungkap, Ternyata Sudah Sebanyak Ini Ulama dan Imam Muslim Ditangkap Rezim Komunis China, Puluhan Orang Meninggal di Penjara
RIAU24.COM - Laporan terbaru yang dirilis oleh sebuah kelompok hak asasi Uighur mengungkap fakta tragis tentang para tokoh agama Islam dan imam mesjid di wilayah Xinjiang China. Rezim komunis China telah memenjarakan setidaknya 630 imam dan tokoh agama Islam lainnya sejak 2014.
Laporan ini dibuat berdasarkan penelitian yang disusun oleh Proyek Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP) dan dibagikan dengan BBC (Kamis, 13/5/2021).
Dalam laporan yang dilansir RMOL tersebut juga ditemukan bukti bahwa 18 imam telah meninggal dalam penahanan atau meninggal tidak lama setelah penahanan.
Para imam yang ditangkap tersebut banyak yang menghadapi tuduhan luas seperti menyebarkan ekstremisme, mengumpulkan massa untuk mengganggu ketertiban sosial, dan menghasut separatisme.
Namun, menurut kesaksian kerabat, merujuk pada laporan tersebut, kejahatan sebenarnya di balik dakwaan ini seringkali berupa dakwah, membentuk kelompok doa, atau sekadar bertindak sebagai imam.
Secara total, UHRP melacak nasib 1.046 imam, sebagian besar dari mereka merupakan kelompok Uighur, menggunakan dokumen pengadilan, kesaksian keluarga, dan laporan media dari database publik dan pribadi.
Sementara itu, 1.046 imam tersebut dilaporkan ditahan di beberapa titik. Namun dalam banyak kasus, bukti yang menguatkan tidak tersedia dengan bebas karena kontrol ketat China atas informasi di wilayah tersebut.
Namun, laporan tersebut juga mengemukakan bahwa di antara 630 kasus di mana penangkapan itu terjadi, setidaknya 304 imam nampaknya telah dikirim ke penjara, dan bukan kamp "pendidikan ulang".
Meski begitu, laporan itu juga mengakui bahwa basis data yang mereka gunakan tidak lengkap, karena hanya didasarkan pada penelitian aktivis Uighur Abduweli Ayup, serta Basis Data Korban Xinjiang dan Basis Data Keadilan Transisi Uyghur. Sehingga, laporan itu hanya mewakili sebagian kecil dari total perkiraan jumlah imam di Xinjiang yang ditangkap atau meninggal di tahanan atau kamp 'pendidikan ulang'.
Di sisi lain, China kerap kali membantah dan berdalih bahwa penangkapan semacam itu merupakan bagian dari apa yang mereka sebut sebagai program "pendidikan ulang" di Xinjiang, demi adalah untuk membasmi ekstremisme di antara Uighur dan minoritas Muslim lainnya.***