Tragis, Belasan Migran yang Nekat Berlayar ke Eropa Tenggelam di Lepas Pantai Libya
Libya mengalami kekacauan setelah pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan dan membunuh penguasa lama Muammar Gaddafi. Bertahun-tahun sejak pemberontakan, Libya telah muncul sebagai titik transit dominan bagi orang-orang yang bepergian menuju Eropa. Sejak 2014, lebih dari 20.000 migran dan pengungsi tewas di laut saat mencoba mencapai Eropa dari Afrika.
Lebih dari 17.000 di antaranya telah berada di Mediterania Tengah yang digambarkan oleh PBB sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia. Telah terjadi lonjakan penyeberangan dan upaya penyeberangan dari Libya dalam beberapa pekan terakhir. Sekitar 7.000 migran yang menuju Eropa dicegat dan dikembalikan ke Libya sepanjang tahun ini, menurut penghitungan IOM.
Penyelundup sering membawa keluarga-keluarga yang putus asa ke dalam perahu karet yang tidak memiliki peralatan lengkap yang terhenti dan berdiri di sepanjang rute Mediterania Tengah yang berbahaya. Ribuan orang tenggelam di laut. Yang lainnya dicegat dan dikembalikan ke Libya untuk diserahkan kepada kelompok bersenjata atau dikurung di pusat penahanan yang jorok.
Kelompok hak asasi manusia dan badan-badan PBB mengecam perlakuan tidak manusiawi yang dihadapi oleh orang-orang di pusat penahanan Libya dengan mengatakan mereka mengalami pemukulan, pemerkosaan dan ransum yang tidak mencukupi. Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 90 juta euro ($ 109 juta) untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya untuk menghentikan penyeberangan.
Investigasi Associated Press mengungkapkan Uni Eropa mengirim lebih dari 327,9 juta euro ($ 397,9 juta) ke Libya, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.