Menu

Sudah Bunuh Ribuan Orang di India, Virus Covid-19 Varian India Masuk Indonesia, Pakar Takut Ini Yang akan Terjadi

Satria Utama 28 Apr 2021, 14:15
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM -  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakui bahwa varian baru virus corona yang ada di India sudah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia

Dia menjelaskan, dari 10 orang, enam di antaranya merupakan kasus impor atau berasal dari luar negeri. Adapun sisanya merupakan transmisi lokal, yaitu di Sumatera dua orang, seorang di Jawa Barat, dan seorang lagi di Kalimantan Selatan

Pernyataan Menkes ini membuat khawatir seorang ahli penyakit menular. Apalagi melihat track record pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 selama ini.

"Kita sudah lemah dari awal [dalam pelacakan kasus]," kata Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman seperti dilansir BBC News Indonesia, Rabu (28/04).

Dicky mengkhawatirkan kemampuan pemerintah Indonesia untuk melacak kapan, di mana dan bagaimana awal mula 10 orang tersebut terpapar, karena menurutnya sistem pelacakannya (contact tracing) "lemah sejak awal".

"Saking tidak jelasnya, dari mana [awal mula kasus] ini sudah tidak jelas," ujarnya. "Ini yang terjadi di Indonesia.

Lebih lanjut Dicky Budiman mengaku dia tidak terlalu heran ketika mengetahui Indonesia "kebobolan" dengan kasus varian baru covid-19 muncul di Indonesia.

Ketika beberapa kasus varian baru itu ditemukan di sebuah komunitas, menurutnya, itu artinya virus "sudah menyebar dan sudah banyak" yang terpapar.

"Jadi, tidak hanya di komunitas itu saja," kata Dicky. Hal ini dia tekankan varian baru ini memiliki "kekuatan dalam kecepatan penularan".

Apabila virus Covid-19 membutuhkan dua minggu untuk penyebarannya, maka varian baru ini bisa dalam seminggu. "Sehingga, dari satu bulan itu, bisa ribuan," jelas Dicky.

Apabila Indonesia tidak mampu memperbaiki kinerjanya dalam melacak kasus, demikian Dicky, akan muncul situasi sulit. "Ini adalah masa yang kritis buat Indonesia," ujarnya.

Untuk itulah, dia meminta agar pemeritah terus meningkatkan upaya membatasi dan mengawasi mobilitas anggota masyarakat di pintu perbatasan, baik darat, laut, atau udara.

"Tindakan karantina, termasuk juga penguatan di dalam merespon 3T (test, tracing, dan treatment), vaksinasi terutama bagi kelompok rentan, 5M, serta surveillance genomic (pelacakan genom), harus ditingkatkan," kata Dicky.***