Lebih Dari 100 Migran Dikhawatirkan Tewas Dalam Insiden Perahu Terbalik di Libya
Lebih dari 17.000 di antaranya telah berada di Mediterania Tengah yang digambarkan oleh PBB sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia. Libya mengalami kekacauan setelah pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan dan membunuh penguasa lama Muammar Gaddafi.
Bertahun-tahun sejak pemberontakan, Libya telah muncul sebagai titik transit yang dominan bagi para migran. Penyelundup manusia yang berbasis di Libya meluncurkan kapal, banyak dari mereka perahu karet tipis atau perahu nelayan reyot, penuh sesak dengan para migran yang berharap mencapai pantai Eropa untuk mencari suaka. Ribuan orang tenggelam di sepanjang jalan, sementara yang lain ditahan di kandang penyelundup yang kotor atau pusat penahanan yang penuh sesak.
Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 90 juta euro (USD 109 juta) untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya untuk menghentikan penyeberangan. Investigasi Associated Press mengungkapkan Uni Eropa mengirim lebih dari 327,9 juta euro ($ 397,9 juta) ke Libya, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.
“Negara mengabaikan tanggung jawab mereka untuk mengoordinasikan operasi Pencarian dan Penyelamatan, meninggalkan aktor swasta dan masyarakat sipil untuk mengisi kekosongan mematikan yang mereka tinggalkan. Kami bisa melihat akibat dari kelambanan yang disengaja ini di laut sekitar kapal kami, ”kata pernyataan SOS Mediterranee.