Pewarna Rambut Meningkatkan Risiko Kanker Payudara, Mitos Atau Fakta ?
RIAU24.COM - Bukan rahasia lagi, kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh wanita di seluruh dunia. Yang lebih mengkhawatirkan, penelitian terbaru menunjukkan kanker payudara bisa terjadi karena sejumlah hal yang dianggap remeh dan sepele.
Ini termasuk penggunaan bahan kimia dalam pewarna dan pelurus rambut. Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Cancer menunjukkan bahwa penggunaan kedua produk kecantikan tersebut dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Hasil penelitian ini didapat setelah peneliti menganalisis data dari 47.000 wanita di Amerika Serikat.
Melalui penelitian ini, seluruh responden diminta menjawab pertanyaan terkait kesehatan, gaya hidup (termasuk penggunaan produk rambut) serta demografi. Peneliti mengikuti perkembangan hidup mereka selama delapan tahun dan lebih dari separuh responden melaporkan pernah menggunakan pewarna rambut sebelum berpartisipasi dalam penelitian.
10 persen di antaranya menggunakan pelurus rambut yang mengandung bahan kimia.
Hasil penelitian, 2.800 wanita yang menggunakan pewarna rambut dan pelurus rambut menunjukkan gejala kanker payudara. Sementara studi yang sama menemukan, sembilan persen wanita yang menggunakan pelurus rambut dan pewarna rambut secara teratur dapat mengembangkan risiko kanker lebih cepat.
“Meski masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil penelitian, menghindari bahan kimia ini dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kanker payudara pada wanita,” kata Dr. Dale Sandler, salah satu dokter peneliti studi tersebut.
Menguraikan lebih lanjut tentang hal ini, Dr Alexandra yang juga seorang peneliti dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa pewarna rambut mengandung lebih dari 5.000 senyawa berbeda dan memiliki sifat karsinogenik yang lebih tinggi daripada bahan kimia lainnya.
Mengenai kanker payudara, Dr. Alexandra menceritakan tentang bahan kimia tak berwarna dalam pewarna rambut yang dikenal sebagai amina aromatik yang telah terbukti berpotensi menyebabkan DNA di jaringan payudara yang menyebabkan kanker.