Kalau Jabatannya Digusur Ali Ngabalin, Moeldoko Terancam Jadi Gelandangan Politik
RIAU24.COM - Karir politik mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko diyakini akan semakin memudar setelah Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menolak pengajuan pengesahan Partai Demokrat yang dipimpinnya.
Bahkan yang terburuk, Moeldoko akan menjadi gelandangan politik andai saja jabatannya sebagai Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) benar akan digantikan oleh Ali Mochtar Ngabalin yang saat ini tercatat menjabat sebagai tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden.
"Bisa jadi gelandangan politik dan tidak diterima di mana-mana. Karena tindakan Moeldoko itu dianggap mencoreng wajah presiden dan memalukan Istana," ujar Pengamat politik, Muslim Arbi seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (4/4).
Muslim sendiri turut menyarankan kepada Presiden Joko Widodo untuk segera memberhentikan Moeldoko dari jabatan kepala KSP. Sebab, jika semakin lama Moeldoko menjabat, maka publik akan beranggapan bahwa cawe-cawenya di Partai Demokrat mendapat restu dari Jokowi.
Selain itu, nama Jokowi juga akan terus diseret dalam pusaran konflik Demokrat yang sedianya berlanjut ke pengadilan. "Jika dampak politis semakin besar. Publik anggap Jokowi main mata dengan Moeldoko," pungkas Muslim.
Sosok Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin memang cocok untuk mengisi jabatan Kepala KSP menggantikan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Pasalnya, Ali Ngabalin kerap pasang badan untuk Presiden Joko Widodo.
Terlebih, politikus Golkar itu sendiri mengaku siap jika diperintahkan Presiden untuk menjabat kepala KSP.
"Ngabalin cocok, karena dia salah satu orang Istana yang banyak pasang badan untuk Jokowi. Apalagi ketika saat pilpres dulu," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, Sabtu (3/4).
"Ngabalin juga menjadi salah satu pilar utama Istana yang sering jadi bumper Jokowi. Di saat yang lain diam, dia pasang badan untuk Jokowi," imbuhnya menambahkan.***