Meski Mengekspos Aib Pasangan di Media Sosial Sudah Jadi Tren, Ini Hukumnya Dalam Islam
RIAU24.COM - KEINGINAN untuk hidup berpasangan adalah salah satu kodrat yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia. Pernikahan dan hidup bahagia selamanya adalah harapan kedua pasangan saat perjanjian sakral diucapkan. Setiap pasangan memimpikan kehidupan yang harmonis sejahtera dan jauh dari pertengkaran apalagi berakhir dengan perceraian.
Ketika terjadi perselisihan antara suami dan istri, maka hukum Islam menganjurkan suami dan istri untuk bertahmul (bertahan hidup) tetapi jika menyangkut persoalan hati dan perasaan yang terpendam, tidak semua manusia mampu bertahan dan bersabar.
Belakangan ini, kita bisa melihat fenomena pasangan yang secara terbuka memalukan telah menjadi kanker dalam masyarakat kita tanpa ada perasaan bersalah atau malu dengan apa yang mereka lakukan. Apalagi, saat ini penyebaran aib semakin meluas dengan penggunaan teknologi mutakhir.
Ada hadits yang meminta kita menutupi rasa malu kita sendiri atau orang lain. Kata-kata Nabi:
Wahai orang-orang yang percaya dengan lidahnya, (namun) iman belum masuk ke dalam hati mereka. Jangan memfitnah umat Islam dan tidak membeberkan aibnya, (karena) barangsiapa membeberkan aib saudara Muslimnya, maka Allah akan membeberkan aibnya. Dan barang siapa yang disingkapkan oleh Allah, maka Dia akan membukanya bahkan di dalam rumahnya. [HR Tirmizi 1955]
Hadits ini menuntut kita untuk menyembunyikan rasa malu kita sendiri dan menutupi rasa malu orang lain karena bisa jadi suatu saat orang yang berdosa akan menjadi orang yang baik bahkan lebih baik dari kita yang mengkritik.
Aib pasangan adalah sesuatu yang tidak boleh dibuka atau disebarkan kepada orang lain secara sembarangan. Umat Islam juga dilarang mengekspos rasa malu orang lain meski dianggap musuh dan tidak disukai.
Saat ini ada pasangan yang menggunakan internet untuk menceritakan keburukan pasangannya. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang diharamkan dan diharamkan dalam Islam kecuali kita menggunakan saluran yang benar seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam meriwayatkan kisah seseorang, khususnya pasangan suami istri yang diperbolehkan sebagai berikut:
1. Mengajukan pengaduan jika dirugikan kepada sultan atau hakim.
2. Memberitahukan kepada mufti untuk tujuan fatwa.
Tindakan menyebarkan rasa malu terhadap pasangan memiliki berbagai bentuk. Ada yang menjajakan cerita runtuhnya rumah tangga, merekam video, menyebarkan foto pasangan yang memalukan. Bahkan kebebasan di media sosial juga telah melihat pasangan tanpa malu-malu menandai nama atau tag pasangan di postingan terkait yang tanpa kita sadari telah mengungkap rasa malu pasangan tersebut.
Maka bagi pasangan suami istri yang melakukan perbuatan terkutuk menyebarkan aib harus dipikirkan keadaannya pada hari kiamat karena pada hari itu Allah akan menanyakan perbuatannya.
Dalam Al Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 187: Mereka (istri Anda) adalah pakaian untuk Anda dan Anda adalah pakaian untuk mereka.
Ayat tersebut mengandung makna, suami atau istri adalah pakaian yang harus dijaga dengan baik dan menutupi urusan pribadi agar tidak diketahui orang lain. Jika suami atau istri dengan mudah mengekspos rasa malu pasangannya, tanpa disadari mereka membiarkan diri mereka terlihat telanjang.
Suami dan istri harus saling menjaga kekurangan karena dibalik kekurangan itulah yang akan melengkapi kehidupan dua manusia yang dilegalkan melalui pernikahan.
Berdasarkan sebuah hadits, dari Abu Sa'id al-Khudriy, beliau bersabda bahwa Nabi bersabda yang artinya: Sesungguhnya pria yang paling jelek di hari kiamat adalah pria (suami) yang bercampur (berhubungan seks) dengan istrinya, lalu menyebarkan rahasia istrinya. [HR Muslim 1437]
Meskipun ayat tersebut berarti suami, bukan berarti istri bebas mengungkapkan rasa malu pasangannya kepada orang lain.
Untuk pasangan yang sedang bermasalah, bicaralah dengan damai. Berhati-hatilah dalam mengunggah status apa pun di media sosial karena bukan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan, bahkan bisa menjadi tempat munculnya masalah yang lebih besar.
Itu hanya membuka ruang bagi netizen dan pihak luar untuk menilai rumah tangga kita, padahal yang mereka ketahui hanyalah satu inci dari keseluruhan cerita.
Wudhu dan sholat dua rakaat untuk mencari kedamaian dari Allah karena hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita. Carilah bimbingan dan solusi Tuhan dari-Nya. Ekspresikan kepada Tuhan apakah Anda kecewa atau marah.
Diriwayatkan bahwa Nabi tertekan oleh suatu hal, sehingga dia akan melaksanakan shalat. [HR Abu Daud 1124].
Kepada suami, jadilah qudwah di depan istri dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Ini karena istri dan anak adalah amanah yang sangat besar.
Bagi para istri, jadikanlah diri Anda sebagai istri yang saleh dalam menjaga harkat dan martabat suami dan anak. Hal ini dikarenakan kehebatan seorang suami adalah karena istri yang selalu berada di sisi keluarga.