Berbeda Dengan Moeldoko, Gatot Tolak Tawaran Gulingkan AHY Diapresiasi Demokrat
RIAU24.COM - Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyebutkan jika pihaknya mengapresiasi mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang pernah menolak tawaran melengserkan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Dilansir dari Tempo.co, dia membandingkan sikap Gatot dengan Moeldoko yang justru menerima penobatan menjadi Ketua Umum Demokrat versi Kongres Luar Biasa di Deli Serdang.
"Kami mengapresiasi dan merasa bersyukur ada seorang purnawirawan bintang empat juga (Gatot) yang masih memiliki standar moral dan etika yang tinggi. Sesuatu yang sepertinya langka di Indonesia hari-hari ini," ujar Herzaky, Ahad malam, 7 Maret 2021.
Untuk diketahui, Gatot sebelumnya bercerita jika dirinya sempat ditawari menjadi ketua umum Partai Demokrat. Caranya dengan menggaungkan mosi tidak percaya terhadap AHY, hingga putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu turun dari kursi ketua umum.
Tapi, Gatot mengaku ia lantas teringat jasa SBY dalam kariernya di militer. Menurut Gatot, saat menjabat presiden, SBY sebagai mantan tentara tentu mengetahui setiap kenaikan kariernya. Misalnya ketika dia naik pangkat menjadi bintang tiga dan menjabat Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat.
Gatot juga mengingat ketika Presiden SBY memanggilnya ke Istana dan mendapuk dirinya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Gatot menyebutkan, dia tak dapat mendongkel anak dari orang yang pernah berjasa terhadap dirinya itu.
"Saya terima kasih (digadang-gadang jadi ketua umum), tetapi moral etika saya tidak bisa menerima itu," ujar Gatot dalam video yang diunggah di akun Instagramnya.
Herzaky menilai, minat orang-orang mengambil alih Demokrat tak terlepas dari meningkatnya tren elektabilitas serta capaian partainya di Pilkada 2020. Dia juga mengklaim apresiasi masyarakat terus mengalir untuk Demokrat.
"Partai Demokrat memang bagaikan buah ranum yang menarik perhatian para pihak yang ingin menempuh jalan pintas dalam meraih kekuasaan politik," ucapnya.
Hanya saja, Herzaky menyayangkan ada pihak yang memaksakan Kongres Luar Biasa tak sesuai aturan dan tidak dihadiri pemilik suara sah. Ia menilai mereka telah menempuh cara-cara tak terpuji, tak bermartabat, dan tak beretika dengan melakukan gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.
Herzaky menyebut segelintir kader dan mantan kader yang menjadi aktor KLB itu sebagai garong politik. Dia pun menyindir Kepala Staf Presiden Moeldoko yang mengamini apa yang dilakukan para kader dan eks kader itu dengan menerima tawaran menjadi 'ketua umum abal-abal'.
"Sosok seorang pejabat negara yang seharusnya memiliki moral compass yang tinggi, ternyata menunjukkan perilaku sebaliknya. Tentunya ini membuat kita kaget dan khawatir, ternyata memiliki jabatan dan pangkat tinggi tidak berarti memiliki jiwa kesatria dan moralitas tinggi," jelasnya.
Herzaky mengimbuhkan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY selalu mengingatkan bahwa moral, etika dan bertindak sesuai kepatutan merupakan pedoman bagi kader Demokrat. Mendengar pengakuan Gatot Nurmantyo, kata dia, Demokrat berharap semakin banyak tokoh yang menyuarakan pandangannya mengenai hal ini.
"Agar publik benar-benar tahu kalau masih ada harapan menemukan keteladanan dalam sosok-sosok pejabat negara maupun mantan pejabat negara," tutur Herzaky.