Lupa Membayar Pemakaman Keluarga Di Guatemala, Kuburan Akan Digali dan Jasad Diletakkan Di Halaman Rumah
RIAU24.COM - Kematian, sebuah fase kehidupan yang tidak akan mungkin dihindari. Hanya saja tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan dikubur dengan layak. Salah satunya adalah penduduk Guatemala.
Di Guatemala tidak hanya hidup yang membutuhkan biaya. Setelah meninggal penduduk negara itu harus membayar biaya makam secara rutin kalau tidak mau diusir.
Negara di Amerika Tengah ini memberlakukan peraturan sewa di ruang bawah tanah yang berada di La Verbena Cemetery, Guatemala. Jika ada seseorang yang meninggal dan akan dikubur di ruang bawah tanah ini, maka keluarga dari pihak yang meninggal harus membayar sewa ruangan.
Untuk enam tahun pertama, mayat yang dikubur tidak dikenakan biaya, setelah itu, keluarga pihak yang meninggal akan dikenakan biaya sebesar USD 24 atau setara dengan Rp 330 ribu per empat tahun.
Apabila keluarga tidak mampu membayar sewa tempat pemakaman atau belum membayar, maka petugas pembersih kuburan akan membuka ruang bawah tanah, mengambil dan membuang mayat-mayat tersebut.
Ketika penggalian dilakukan, akan terlihat pemandangan yang mengerikan dan bergidik seram. Pasalnya, burung nasar akan mengelilingi kuburan yang digali dari atas, mengawasi gerakan setiap orang yang bersentuhan dengan mayat. Belum lagi bau mayat yang bercampur dengan air yang menggenang dan bau busuk yang memenuhi udara.
Menggunakan palu, para penggali kubur mulai memecahkan penutup bawah tanah, batu bata, dan membongkar peti mati yang telah lapuk. Mayat-mayat yang tersisa akan ditarik keluar dan disisihkan.
Jenazah yang masih utuh akan dikemas dalam plastik dan diberi label nama dan keluarga, sedangkan apabila mayat yang tersisa tinggal sedikit, maka sisa mayat tersebut akan disimpan ke dalam kotak kecil.
Mayat-mayat ini kemudian akan disimpan di sebuah pemakaman umum sembari menunggu klaim dari keluarga. Sedangkan tas atau kain pembungkus mayat akan dibuang ke tumpukan sampah dan diangkut oleh truk sampah.
Kuburan yang dibongkar bukan hanya kuburan orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Dilansir Reuters, selama dua bulan, para penggali kubur menggali dan membersihkan makam 2.000 bayi.
Dikenal dengan nama panggilan seperti 'Coca', 'Chucky', 'Loco', 'Wicho', dan 'Negro' para pekerja yang melakukan penggalian ini mendapatkan upah yang sedikit lebih tinggi dari upah minimum di negara tersebut.
Meski menatap kematian hampir di setiap harinya, seorang penggali kubur yang dipanggil Negro mengatakan bahwa ia tidak pernah takut dengan kematian.