Pengusaha Kewalahan Penuhi Kebutuhan Peti Mati untuk Korban Covid, Seperti Bikin Martabak; Bikin, Jadi, Angkat
RIAU24.COM - Mesin pemotong kayu menjerit-jerit. Membelah papan berukuran sekitar 0,5 x 2 meter. Serpihan kayu berterbangan membentuk kabut yang segera hilang, menerbitkan keseriusan wajah para pekerja sebuah pabrik furniture di kawasan Tangerang Selatan, Banten.
Papan-papan tersebut kemudian ditumpuk dengan ketinggian 2 meter, yang akan digunakan sebagai dasar pijakan peti mati bagi pasien Covid-19 yang meninggal.
Masih di atap pabrik yang sama, sekitar lima buruh melakukan pengerjaan akhir peti mati. Seluruh lapisan kayu ditempel stiker putih, di dalam kotak dilapisi bahan berlapis, dan setelah selesai dibungkus dengan plastik untuk mengindari debu.
Salah satu pekerja di pabrik itu, Dartim (39 tahun) mengaku kewalahan dengan orderan yang terus meningkat tiap bulannya. "Sampai pada sakit bergantian, tipes, karena kelelahan dan kurang tidur," katanya saat ditemui di pabrik, Kamis (04/02) seperti dilansir BBC Indonesia.
Fans Henrik, salah satu bos di pabrik itu, mengakui produksi peti mati belakangan ini sudah "kayak martabak. Bikin. Jadi. Angkat."
Ia, mengatakan pesanan naik hingga 5 kali lipat dibandingkan sejak awal pandemi. Biasanya sehari memproduksi 30 peti mati, sekarang bisa mencapai 150 unit. Kemungkinan, ia akan menambah jumlah pekerja.
"Bahkan kami mau menerapkan 24 jam, 3 shift. Kalau memang sampai ke 10.000 (per bulan)," kata Bos produsen peti jenazah, kargo jenazah dan layanan kedukaan, Eternity Funeral Service ini.
Saat ini pemerintah daerah yang sudah memesan secara tetap peti mati dari perusahaan ini antara lain Jakarta, Tangerang, Karawang, dan Depok, sedangkan Bogor sedang dalam proses penawaran. Saat itu, perusahaan ini juga mendapat pesanan ratusan peti mati untuk dikirim ke Timika, Papua.
Frans melanjutkan bisnis ini seperti "dua sisi mata uang", di mana "tetap ambil untung" tapi juga membantu kebutuhan pemerintah untuk pengadaan peti mati khusus Covid-19.
Kata dia, pesanan yang diproduksi Januari 2021 kemungkinan baru akan dibayar pemda sekitar bulan Maret. "Intinya kami talangin. Mungkin dari situ kita lihat sisi kemanusiaannya kita bantu talangin, bayarnya juga mundur. Kalau kita bisa bantu semaksimal mungkin, kita bantu. Ini tanggung jawab kita bersama," katanya.
Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 15 Februari 2021, angka kematian yang dipicu Covid-19 di Indonesia menempati peringkat satu di Asia Tenggara. Persentase kematian dari total kasus Covid-19 mencapai 2,72%. Kematian kumulatif selama pandemi sebanyak 32.936 dari total 1.210.703 kasus positif Covid-19.
Jumlah kematian yang dipicu Covid-19 ini berada di atas Myanmar, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam dan Bangladesh.
Sementara di kawasan Asia, jumlah kematian yang dipicu Covid-19 Indonesia menempati posisi ke-5 di bawah Yaman, Afghanistan, Iran, dan China.***