Militer Myanmar Kerahkan Tank untuk Halau Demonstran, Masyarakat Internasional Khawatir Terjadi Pembantaian
RIAU24.COM - Militer Myanmar menurunkan sejumlah kendaraan lapis baja di sejumlah jalanan kota di Myanmar. Pengerahan kendaraan tempur ini menandakan pihak militer akan mengambil tindakan lebih tegas kepada para demonstran.
Di Yangon, kendaraan lapis baja terlihat berlalu-lalang untuk pertama kalinya sejak kudeta dua pekan lalu. Para biksu dan insinyur memimpin unjuk rasa di kota itu, sementara pengendara sepeda motor melewati jalan-jalan ibu kota, Nay Pyi Taw.
Di negara bagian Kachin, pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah para demonstran - aksi protes anti-kudeta yang memasuki hari kesembilan di seluruh negara itu.
Di kota Myitkyina, di negara bagian Kachin, tembakan terdengar saat pasukan keamanan bentrok dengan demonstran anti-kudeta. Tidak diketahui apakah yang ditembakkan adalah peluru karet atau peluru tajam.
Seorang pejabat PBB menuduh militer "menyatakan perang" terhadap rakyat.
Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk Myanmar, mengatakan para jenderal menunjukkan "tanda-tanda kenekadan" dan akan dimintai pertanggungjawaban.
Sejumlah duta besar mendesak aparat keamanan untuk tidak menggunakan kekerasan saat menghadapi demonstran.
"Kami meminta pasukan keamanan untuk menahan diri dari menggunakan kekerasan terhadap demonstran, yang menentang perebutan kekuasaan dari pemerintah yang sah," tulis sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh duta besar Uni Eropa, Amerika Serikat dan Inggris.
Di seluruh Myanmar, ratusan ribu demonstran melakukan unjuk rasa melawan militer selama sembilan hari berturut-turut.
Kudeta di Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Partainya meraih kemenangan dalam pemilihan pada November lalu, tetapi pihak militer mengatakan terjadi kecurangan dalam pemungutan suara itu.
Suu Kyi sekarang menjadi tahanan rumah. Ratusan aktivis dan pemimpin oposisi juga telah ditahan.***