Mesir Akhirnya Membuka Perbatasan Rafah Dengan Jalur Gaza
Perbatasan Rafah adalah titik keluar utama bagi mayoritas dari dua juta penduduk Gaza. Jalur Gaza tidak memiliki bandara dan telah berada di bawah blokade darat, laut, dan udara Israel selama lebih dari satu dekade.
Israel mengontrol wilayah udara dan perairan Gaza, serta dua dari tiga titik penyeberangan perbatasan, sehingga sangat sulit bagi warga Palestina, yang harus mendapatkan izin yang sulit didapat, untuk melewatinya. Bagi mayoritas warga Palestina yang ingin bepergian, belajar, atau mencari perawatan medis di luar negeri, mereka harus menyeberang ke Mesir sebelum dapat terbang ke tujuan mereka.
Penyeberangan Rafah sebagian besar telah ditutup dalam beberapa bulan terakhir sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan pandemi virus korona, meskipun terkadang dibuka untuk waktu yang singkat.
Sumber keamanan Mesir mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa "ini bukan pembukaan rutin atau normal. Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun perlintasan perbatasan Rafah dibuka tanpa batas waktu. Dulu hanya buka tiga atau empat hari dalam satu waktu. "
Warga Gaza, Yasser Zanoun, mendesak para pemimpin politik untuk merundingkan pengaturan permanen untuk meringankan penderitaan kemanusiaan yang memburuk di kantong Mediterania, yang diperparah oleh pandemi. "Penyeberangan ini harus buka 24 jam sehari, sepanjang tahun," kata pria Palestina berusia 50 tahun itu kepada kantor berita AFP. “Ada banyak kasus kemanusiaan yang sangat mengerikan.”
Jalur Gaza telah dikelola oleh Hamas sejak 2007, tahun ketika Israel memberlakukan blokade di daerah kantong itu, sementara Otoritas Palestina yang dikelola Fatah telah membatasi pemerintahan sendiri di Tepi Barat yang diduduki Israel.