Kisruh Moeldoko Disebut Bakal Kudeta AHY, Rocky Gerung: Nanti Kasihan Pak Jokowi, Masa Jenderal Kudeta Mayor
RIAU24.COM - Kisruh antara Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal Moeldoko dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hingga saat ini masih menjadi sorotan publik. Kali ini, yang memberikan komentar adalah pengamat politik Rocky Gerung.
Seperti diketahui, sosok Moeldoko menjadi sorotan, karena disebut-sebut ingin melakukan kudeta dan merebut kursi Ketua Umum Partai Demokrat dari tangan AHY.
Menurutnya, untuk menyelesaikan kisruh ini, perlu keterbukaan dari kedua belah pihak, baik AHY mau pun Moeldoko. Dalam hal ini, Rocky berharap Moeldoko menjelaskan secara transparan kepada publik apa yang sebenarnya terjadi. Termasuk pertemuan dengan para kader Demokrat yang disebut terjadi di sebuah hotel di Jakarta.
"Soal beginian itu pasti terbuka karena ini konfrontasi politik yang memerlukan keterbukaan kalau nggak nanti kasihan Pak Jokowi nanti diombang-ambingkan antara percaya apa tidak percaya dan kejujuran Pak Moeldoko justru dituntut," lontarnya, dalam video di akun Youtubenya, seperti dikutip viva, Rabu 3 Februari 2021.
Rocky Gerung juga menyorot sosok Moeldoko sebagai seorang jenderal empat bintang. Dengan posisinya itu, Rocky menilai Moeldoko seharusnya mampu memberi contoh dan teladan yang baik. Apalagi yang dilawan adalah AHY, yang merupakan seorang eks prajurit berpangkat Mayor yang sekaligus junior Moeldoko di militer.
"Kan Moeldoko itu senior Jenderal, AHY itu Mayor. Masa Jenderal mau mengkudeta Mayor. Kan mestinya menuntun Mayor menuntun akhir supaya sebagai senior watak keprajuritan itu ditegakkan tetapi justru Kemarin saya baca AHY mengajarkan Moeldoko tentang etik keprajuritan itu," ujarnya lagi.
Tak hanya itu, Rocky menilai, AHY telah mengingatkan Moeldoko terkait nilai keprajuritan.
"Jadi AHY dapat poin dan memang itu benar bahwa setiap prajurit apa pun pangkatnya tunduk seumur hidup pada prinsip integritas. Karena itu yang diajarkan bertahun-tahun dalam kelas-kelas Akademi Militer," ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini bisa terjadi mungkin akibat Moeldoko telah terlalu lama bermain Politik sehingga lupa nilai dan prinsip seorang Prajurit.
"Mungkin pak Moeldoko terlalu lama main politik sehingga dia lupa tentang nilai-nilai keprajuritan," tuturnya lagi. ***