Militer Ambil Alih Kekuasaan, Warga Myanmar Serbu Super Market dan ATM
RIAU24.COM - Masyarakat Myanmar dilanda ketakutan dan kekhawatiran pasca Militer negara itu mengambil alih kekuasaan dan memberlakukan kondisi darurat, Senin (01/02). Warga terlihat menyerbu supermarket dan ramai-ramai menarik uang di ATM.
Rekaman video yang disiarkan televisi militer mengumumkan bahwa keadaan darurat akan berlaku selama satu tahun. Disebutkan pula bahwa kekuasaan telah diserahkan kepada panglima tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Militer Myanmar mengatakan penahanan terhadap sejumlah pemimpin politik Myanmar untuk merespons kecurangan pemilu. Sebelumnya, Aung San Suu Kyi, pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang memerintah Myanmar, telah ditangkap oleh militer, kata juru bicara partai tersebut.
Menurut Rina, warga Indonesia tinggal di pinggiran kota Yangon, Myanmar, sejak Senin (01/02) pagi, warga berduyun-duyun memadati anjungan tunai mandiri (ATM), supermarket, dan toko sembako.
"Saya bicara dengan dengan beberapa orang yang juga antre di depan bank. Mereka mengatakan, 'kami sangat tidak bahagia pagi ini kenapa sampai terjadi seperti ini."
"Tadi pagi saya sempat keluar untuk tarik uang dari ATM. Walau di jalan-jalan terlihat cukup tenang, antrean panjang sekali.
Supermarket, dan juga apotek dan juga warung-warung kecil yang jual beras dan minyak itu semua antrenya panjang sekali," sambungnya seperti dilansir BBC Indonesia.
Warga nampaknya mengalami kepanikan untuk membeli barang-barang (panic buying), karena kekhawatiran jalan-jalan akan ditutup.
"Di wilayah tempat saya tinggal, belum terlihat ada pengerahan tentara di jalan-jalan. Namun, saya tidak tahu situasinya di pusat kota. Jalan dari kota menuju bandara Yangon International Airport sudah ditutup sejak pukul delapan pagi. Saya kebetulan tinggal di dekat bandara," terangnya.
Menurut Rina, TV dan Radio sudah dipadamkan. Internet lewat operator sudah tidak bisa digunakan. Dia hanya bisa mengakses internet dari jaringan wilayah lokal nirkabel (wifi) rumah, dan tidak tahu sampai kapan internetnya bisa diakses.
Seluruh warga saat ini diperintahkan untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
Pihak NLD sudah mengeluarkan pernyataan yang meminta warga untuk tetap tenang, dan mereka akan mencoba negosisasi.***