Kata Disbun, Ini Penyebab Turunnya Harga Sawit di Riau Sepekan Mendatang
RIAU24.COM - Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, Defris Hatmaja ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan harga tandan buah segar (TBS) di Provinsi Riau.
Untuk diketahui, sepekan mendatang harga TBS di Riau turun sebesar Rp 185,42/Kg atau mencapai 8,05 % dari harga minggu lalu. Sehingga, lanjut Defris, harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan turun menjadi Rp 2.117,60/Kg.
Dia menyebutkan, dari faktor internal, turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya penurunan harga jual CPO dan kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data.
Untuk harga jual CPO, PT. PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp 742,67/Kg, PT. Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 852,96/Kg, PT. Astra Agro Lestari Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 457,09/Kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 772,00/Kg, dari harga minggu lalu.
"Sedangkan untuk harga jual Kernel, PT. Astra Agro Lestari Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 157,27/Kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp. 190,00/Kg dari harga minggu lalu," rincinya.
Sedangkan dari faktor eksternal, turunnya harga TBS minggu ini karena harga kontrak futures (berjangka) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok signifikan pada perdagangan pekan ini.
Merosotnya harga kontrak yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif ini karena ekspor Negeri Jiran yang turun tajam di bulan Januari. Sepekan terakhir, harga kontrak CPO April ambles 4,12%. Kini harga CPO sudah berada di level RM 3.282/ton.
Minyak nabati sudah terkoreksi parah dari posisi puncaknya dari posisi awal Januari di harga RM 3.877/ton. Survei yang dilakukan oleh AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Januari drop 41% dibanding periode yang sama bulan lalu menjadi 632.827 ton.
"Padahal di periode yang sama bulan lalu ekspor Malaysia tercatat sebesar 1.073.663 ton," ujarnya.
"Harga minyak sawit terkoreksi lebih rendah karena adanya pembahasan kesepakatan perdagangan yang lebih baik antara China dan Indonesia dengan komitmen untuk mengimpor lebih banyak komoditas Indonesia," tutupnya.