Ambroncius Nababan Jadi Tersangka Rasis, Natalius Pigai Malah Sebut Yang Harus Diubah Mindset Majikannya
RIAU24.COM - Bareskrim Polri telah menetapkan Ambroncius Nababan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri dalam kasus dugaan rasis di media sosial. Hal itu terkait dengan aksinya di media Facebook, di mana politikus Hanura itu mengunggah foto aktivitas kemanusaiaan asal Papua, Natalius yang disandingkan dengan foto gorila. Bahkan buntut dari penetapan status tersangka itu, Ketua Umum Projamin sampai dijemput paksa oleh pihak Kepolisian.
Lalu bagaimana respon Natalius terkait perkembangan itu?
Natalius Pigai yang juga mantan Komisioner Komnas HAM itu tampaknya tak begitu ambil peduli. Ia bahkan mengaku sama sekali tidak memikirkan serangan-serangan rasis terhadap dirinya. Sebab, hal itu bukan yang pertama kali dialaminya.
"Saya terus terang saja. Gini, orang yang rasis sama saya ini sudah jutaan," lontarnya kepada rmol, Selasa 26 Januari 2021 tadi malam.
Menurutnya, serangan rasis yang dialamatkan kepadanya adalah bagian daripada konsekuensi dalam membela orang-orang kecil yang membutuhkan pertolongan, orang kecil yang tak mendapatkan keadilan. Baik dari suku Jawa, Sumatera, Melayu, Sunda, Ambon Maluku dan suku lainya di Indonesia.
"Jadi tantangan kita adalah mendapat kekerasan verbal. Jadi itu (serangan rasis) saya anggap dari konsekuensi pilihan yang kita ambil sebagai pembela kemanusiaan," ujarnya.
"Meskipun saya sendiri memaklumi, ujaran rasisme juga bukan menyayat saya, juga komunitas saya," tambahnya.
Lebih lanjut, Pigai menganggap perlakuan rasis Abroncius Nababan dan orang-orang lain terhadap dirinya merupakan hal yang lumrah.
"Pelakunya kelompok-kelompok buzzer. Kelompok ini yang tidak terpisahkan oleh kakak pembina dari lingkaran kekuasaan. Jadi ibarat majikan melepas anjing-anjingnyanya, makanya kita harus merubah mindset majikan tersbut," sindirnya.
Di sisi lain, Pigai berpandangan, perlakuan rasis terhadap dirinya maupun orang-orang Papua juga disebabkan historis politik bangsa Indonesia.
Ia kemudian merunut sejarah, saat Proklamator Bung Hatta ketika Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang hanya mengingikan ras Melayu sebagai warga negara Indoenesia, minus ras Melanesia--yang merupakan ras Papua.
Tak hanya itu, Pigai juga menyorot AM Hendropriyono juga pernah mengatakan 2 juta orang Papua agar dipindahkan ke Manado. Begitu pula dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan kalau orang Papua ingin merdeka silahkan angkat kaki dari Indonesia dan bergabung dengan negara-negara Melanesia yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG).
"Jadi apa yang diucapkan oleh orang Indonesia kepada Papua dalam konteks rasis hanyalah keinginan dari pimpinan-pimpinan nasional. Ini yang kita harus kritisi cara pandang pejabat. Kita harus merubah mindset politik pemerintahan yang diskriminatif dan rasialisme," ujarnya lagi. ***