Cerita Kemuliaan Akhlak Syekh Ali Jaber Selama Hidup, Menyelamatkan Pria yang Telah Menusuknya Dari Hantaman Massa
RIAU24.COM - Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau yang lebih dikenal dengan Syekh Ali Jaber lahir di Madinah, 3 Februari 1976.
Pria berusia 45 tahun ini adalah pendakwah dan ulama yang saat ini sudah berkewarganegaraan Indonesia. Ia pernah menjadi juri pada Hafiz Indonesia dan menjadi da'i dalam berbagai kajian di berbagai stasiun televisi nasional.
Sejak kecil Ali Jaber telah menekuni membaca Al-Quran. Ayahnyalah yang awalnya memotivasi Ali Jaber untuk belajar Al-Quran. Dalam mendidik agama, khususnya Al-Quran dan shalat, ayahnya sangat keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan shalat.
Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius. Di Madinah mereka memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam. Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam.
Pada 13 September 2020, Syekh Ali Jaber ditikam oleh orang yang tidak dikenal saat berceramah di Masjid Falahuddin, Sukajawa, Bandar Lampung. Akibatnya, ia mengalami luka tusuk bagian lengan kanan. Tersangka atas nama Alfin Andrian, kelahiran 1 April 1996 ini berhasil diamankan.
Dilansir dari Republika.co.id, kemuliaan pendakwah Syekh Ali Jaber tercermin dalam peristiwa penusukan yang menimpanya di halaman Masjid Falahuddin, Jalan Tamin, Sukajawa, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung, Ahad (13/9).
Setelah ditusuk dengan senjata tajam (sajam) berdarah-darah, Syekh Jaber justru masih mau menyelamatkan pelaku dari hantaman massa jamaah.
“Setelah saya selamatkan tangannya, saya melihat jamaah sudah hajar dan memukul pelaku, dan saya jujur saya merasa kasihan, dan langsung turun dari panggung untuk menyelamatkan dia. Saya bilang, jamaah sabar, tahan, tidak boleh dia manusia kasihan, dia bersalah tapi jangan kita buat salah sendiri bersalah,” kata Syekh Ali Jaber kepada wartawan di Bandar Lampung, Senin (14/9).
Menurut dia, sajam pelaku sudah menikam lengan kanan atasnya sedalam 4 cm, dan terlepas dari tangannya. Pisau yang masih melekat di lengan atasnya tersebut dicabut Syekh Jaber menggunakan tangan kirinya.
Setelah aman tangannya, ia melihat pelaku sudah dikerumuni jamaah dan dipukul dan diinjak di bawah panggung. “Dan saya membela dia, tapi ada seorang jamaah merasa yakin marah dia yang menusuknya, tapi malah membela dia mau selamatkan,” lanjut Ali Jaber, ulama asal Madinah yang telah 12 tahun berdakwah di Indonesia.
Dia mengatakan, ujian kesabaran, ketenangan, dan kemarahan, yang diberikan Allah kepada manusia tatkala manusia tersebut menghadapinya dalam kondisi tidak normal.
“Ini tugas kita. Dan akhlak yang mulia teruji ketika dia dalam ujian. Kalau lagi senang-senang dan aman-aman, bukan ujian akhlak mulia, tapi ketika kena musibah, apalagi menghadapi musuh disinilah terlihat bagaimana kunci kemuliaan akhlak kita, apakah kita bisa lulus atau tidak,” tuturnya.