Dituduh Sebagai Ratu Drama, Aksi Blusukan Menteri Sosial Risma Jadi Cibiran Para Netizen
href="//www.riau24.com">RIAU24.COM - Metode blusukan yang dulunya populer untuk mendongkrak popularitas mungkin sudah ketinggalan zaman di Indonesia. Blusukan secara kasar berarti kunjungan lapangan dadakan, dan istilah itu menjadi identik dengan Presiden Joko Widodo, yang sering bersusah payah memeriksa fasilitas umum di Jakarta, termasuk selokan, ketika menjadi gubernur provinsi sebelum 2014. Risma, yang, seperti Jokowi, kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), juga punya kecenderungan kuat untuk blusukan ketika menjadi Wali Kota Surabaya sebelum diangkat menjadi menteri sosial pada Desember 2020.
Pada hari Senin, PDI-P beberapa video Risma yang akan blusukan di jalan raya utama komersial Sudirman-Thamrin Jakarta Pusat menjadi ejekan, di mana menteri tersebut terlihat berbicara dengan beberapa pria yang dikatakan tunawisma. Risma kemudian menawarkan mereka untuk ikut bersamanya ke tempat penampungan dan berjanji bahwa dia akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan.
Kecurigaan muncul ketika salah satu unggahan media sosial yang viral menuduh bahwa setidaknya salah satu pria yang diduga tunawisma sebenarnya memiliki warung yang menjual kelapa di Jakarta Selatan. Nama Risma dan tagar seperti #RismaRatuDrama (Risma adalah ratu drama) sejak itu menjadi salah satu topik trending teratas di media sosial, dipenuhi dengan orang-orang yang menuduh Risma melakukan blusukan untuk pengaruh.
Meskipun tidak diragukan lagi ada masalah tunawisma di Jakarta, siapa pun yang sering mengunjungi Sudirman-Thamrin dapat membuktikan bahwa sangat sedikit, jika ada, tunawisma yang berkemah di jalan raya komersial.
“Saya sudah tinggal di Jakarta sejak umur empat tahun dan saya baru mendengar ada gelandangan di Sudirman-Thamrin,” kata Wakil Gubernur Jakarta Ahmad Riza “Ariza” Patria kemarin.
Namun, segera setelah blusukan Risma, Gubernur Anies Baswedan menginstruksikan Dinas Sosial Jakarta Pusat untuk mencari para tunawisma dan menawarkan bantuan kepada mereka. Badan tersebut mengatakan menemukan 29 orang dan menempatkan mereka di tempat penampungan sementara di sebuah gedung olahraga di Tanah Abang.
Belum diketahui apakah mereka selama ini tinggal di Jakarta, namun pihaknya menduga banyak yang datang dari luar kota dengan harapan mendapat bantuan dari Risma melalui berbagai inspeksi lapangannya.
Tuduhan tersebut belum ditanggapi langsung oleh Risma. Perlu dicatat bahwa sejauh menteri urusan sosial pergi, standar telah ditetapkan sangat rendah mengingat dua pendahulunya ditangkap karena korupsi.